13/06/12

Ruang Lingkup Opini Publik

Karakter Opini Publik
Opini publik adalah pengumpulan citra yang diciptakan oleh proses komunikasi. Gambaran tentang sesuatu akan menimbulkan banyak tafsir bagi para peserta komunikasi. Sesuatu akan berbentuk abstrak atau konkret dan selalu bermuka banyak atau berdimensi jamak karena adanya berbagai perbedaan penafsiran (persepsi) yang terjadi di antara peserta komunikasi. Pergeseran citra pada opini publik ini tergantung pada siapa saja yang terlibat dalam proses komunikasi. Setiap kali jaringan komunikasi berubah, opini publik juga berubah. Perubahan opini publik merupakan “dinamika komunikasi”, sedangkan substansi opini publik tidak berubah. Substansi tidak berubah karena ketika proses pembentukan opini publik berlangsung, pengalaman dari peserta komunikasi itu telah terjadi.

Redi Panuju (2002) menegaskan pergeseran yang terjadi dalam opini publik disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Faktor Psikologis
Tidak ada kesamaan antara individu yang satu dengan lainnya, yang ada hanya kemiripan yang memiliki banyak perbedaan. Perbedaanmas antar individu yang meliputi hobi, kepentingan, pengalaman, selera, dan kerangka berpikir menjadikan setiap individu berbeda bentuk dan cara merespon stimulus atau rangsangan yang menghampirinya. Perbedaan faktor psikologis menyebabkan pemaknaan terhadap kenyataan yang sama bisa menghasilkan penyandian yang berbeda-beda. Bisa saja output komunikasi tidak sama dengan input komunikasi karena perbedaan beberapa unsur yang bekerja dalam seleksi internal yang meliputi dimensi pemikiran (kognisi) dan dimensi emosi (afeksi).
Sebagian masalah mampu mengundang opini publik, sebagian lain tidak. Setiap masalah mempunyai bobot yang berbeda-beda. Masalah bisa hilang begitu saja karena publik tidak tertarik pada isu tertentu. Masalah bisa menyempit, bisa juga melebar karena ada kecenderungan “hiper-realitas” dalam komunikasi. Hiper-realitas adalah kecenderungan membesarkan sebagian fakta dan sekaligus menyembunyikan fakta yang lain. Proses psikologis bisa menghasilkan pergeseran makna atas realitas tertentu. Itulah sebabnya, dalam opini publik sering simbol verbal tidak berhubungan sama sekali dengan kenyataan. Hal ini terjadi karena opini publik semata-mata merupakan hasil penyandian individu-individu.
2. Faktor Sosiologi Politik
Opini publik terlibat dalam interaksi sosial.
a. Opini publik menunjukkan citra superioritas
Siapa yang menguasai opini publik, maka ia akan mengendalikan orang lain. “Menguasai” bersifat dinamis dan relatif. Artinya, publik akan cenderung berpihak pada kelompok atau individu yang paling memiliki kedekatan hubungan.

Contoh:
Pada penyelenggaraan MTQ Nasional setiap dua tahun sekali, Kalimantan Barat selalu keluar sebagai juara I baik dewasa maupun anak-anak. Media massa membicarakan prestasi Kalimantan Barat dan bahkan mewawancara nara sumber dari wilayah itu. Publikasi positif oleh media massa menguntungkan wilayah Kalimantan Barat. Bahkan masyarakat Kalimantan Barat di Jakarta pun ikut merasakan dampak publikasi positif oleh media tersebut.

Di universitas X di Makassar selalu terjadi baku-hantam antar mahasiswa dari fakultas yang berbeda. Masing-masing kelompok merusak gedung fakultas lain. Kejadian ini selalu diliput oleh media massa, terutama televisi. Muncullah opini publik negatif yang bukan hanya terhadap mahasiswa Universitas X di Makassar, bahkan terhadap warga Sulawesi Selatan yang berada di luar propinsi.

b. Opini publik menunjukkan keikutsertaan individu ke kejadian tertentu
Melalui keikutsertaan ke dalam opini publik, individu merasa terwakili keberadaannya. Melalui opini publik, individu juga merasa sebagai bagian dari masyarakatnya.

c. Opini publik berhubungan dengan citra, rencana, dan operasi (action)
Kenneth R. Boulding (1969) menyatakan citra, rencana, dan operasi merupakan matriks dari tahap-tahap kegiatan dalam situasi yang selalu berubah. Matriks perilaku sangat tergantung pada citra. Opini publik memberi inspirasi bagaimana individu dalam kelompok bertindak agar terhindar dari pencitraan yang buruk.
Contoh:
Partai X sedang menurun popularitasnya karena banyak tokohnya terlibat skandal moral. Kondisi yang negatif ini perlu diklarifikasi, apakah citra yang negatif disebabkan oleh persoalan faktual yang ada atau apakah banyak informasi dari organisasi itu yang perlu dijelaskan. Jika opini publik terhadap organisasi tertentu cenderung negatif, operasi/kegiatan organisasi tersebut cenderung menuai kecurigaan.

d. Opini publik sesuai dengan kemauan banyak orang
Opini publik cenderung sesuai dengan kemauan banyak orang. Karena itu, banyak orang berlomba memanfaatkan opini publik sebagai argumentasi atas berbagai keputusan. Dalam alam demokrasi, kebenaran normatif dapat digeser oleh kebenaran menurut “banyak orang”. Keputusan yang didasarkan pada dominasi opini publik belum tentu selaras dengan norma dan etika sosial yang berlaku.

Contoh:
Salah satu pulau di Kepulauan Seribu akan dilokalisir menjadi tempat penjudian. Rencana pemerintah daerah tersebut disetujui banyak orang. Akan tetapi, kelompok agama tidak membenarkan lokalisasi judi, bahkan judi adalah haram hukumnya.

e. Opini publik identik dengan hegemoni ideologi
Jika kelompok atau pemerintahan ingin tetap terus berkuasa, maka mereka harus mampu menjadikan ideologi kekuasaan menjadi dominan melalui opini publik.

3. Faktor Budaya
Budaya mempunyai pengertian yang beragam. Budaya adalah seperangkat nilai yang digunakan mengelola, memelihara hidupnya, menjaga dari gangguan internal maupun eksternal, dan mengembangkan kehidupan manusia. Nilai-nilai yang terhimpun dalam sistem budaya itu oleh individu dijadikan identitas sosialnya atau dijadikan ciri-ciri keanggotanya di komunitas budaya tertentu.

Para budayawan di Indonesia pernah menggagas nilai-nilai yang seharusnya dikembangkan bangsa Indonesia ke depan. Misalnya, mereka membedakan budaya Indonesia dari budaya Jawa dan Batak. Untungnya, dalam masyarakat kita masing-masing kelompok budaya sudah dibekali nilai-nilai toleransi sehingga perbedaan-perbedaan hanya terkumpul dalam opini publik, tetapi tidak meledak ke dalam konflik terbuka.

Selanjutnya dalam buku Redi Panuju (2002), James Lull menerangkan teori “meme” atau memetics yang dikembangkan sebelumnya oleh Richard Brodie (1996). Menurut Brodie, meme adalah suatu unit informasi yang tersimpan di benak seseorang, yang memengaruhi kejadian di lingkungannya sedemikian rupa sehingga tertular ke benak orang lain. Kebebasan menggunjingkan orang lain (ngerumpi) menyebabkan informasi cepat tersebar luas dan inilah bagian yang kurang baik bagi meme.

Masyarakat kita adalah masyarakat tradisional yang didasari semangat gotong royong dan kekeluargaan. Ciri masyarakat tersebut menyebabkan jaringan sosial makin besar peranannya dalam menyebarluaskan informasi. Masyarakat kita juga menyenangi gosip, isu, atau rumor (desas-desus), sehingga gejala “meme” cepat menjadi kelipatan reproduksi yang menembus jaringan-jaringan sosial yang terisolir. Kerja reproduksi meme menyebabkan terjadinya interaksi antara tradisi dan etika. Interaksi itu bermuara ke tataran opini publik.

4. Faktor Media Massa
Menurut Meyer, yang dikutip Redi Panuju, interaksi antara media dan institusi masyarakat menghasilkan produk berupa isi media (media content). Audiens menyebabkan isi media diubah menjadi gugusan-gugusan makna. Apakah yang dihasilkan dari proses penyandian pesan itu, menurut Meyer, sangat ditentukan oleh norma yang berlaku dalam masyarakatnya, pengalaman individu yang lalu, kepribadian individu, dan selektivitas penafsiran.

 
  
Pengertian Opini Publik
Istilah opini publik mengacu ke setiap pengumpulan pendapat yang dikemukakan individu-individu.

Santoso Sastropoetro (1990): Istilah opini publik sering digunakan untuk menunjuk ke pendapat-pendapat kolektif sejumlah besar orang.
Berbeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Menurut definisi, publik adalah sejumlah orang yang mempunyai minat, kepentingan, atau kegemaran yang sama. Publik melakukan interaksi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, pembicaraan pribadi yang berantai, desas-desus, surat kabar, radio, televisi, dan film. Alat-alat penghubung ini memungkinkan publik mempunyai pengikut yang lebih luas dan lebih besar jumlahnya.
William Albiq (Santoso S. 1990): Opini publik adalah jumlah dari pendapat individu-individu yang diperoleh melalui perdebatan dan opini publik merupakan hasil interaksi antar individu dalam suatu publik.

Emory S. Bogardus dalam "The Making of Public Opinion" mengatakan opini publik adalah hasil pengintegrasian pendapat berdasarkan diskusi yand dilakukan di dalam masyarakat yang demokratis. Opini publik bukan merupakan jumlah seluruh pendapat individu-individu yang dikumpulkan.

1. Faktor Pemicu Munculnya Opini Publik
Bernard Hennessy (1990) dalam buku Pendapat Umum, mengemukakan lima faktor munculnya pendapat umum (opini publik) :
  • Ada isu (presence of an issue). Harus terdapat konsensus yang sesungguhnya, opini publik berkumpul di sekitar isu tertentu. Isu dapat didefinisikan sebagai situasi kontemporer yang mungkin tidak terdapat kesepakatan, paling tidak ada unsur kontroversi terkandung di dalamnya, dan isu mengandung konflik kontemporer.
  • Ciri publik (nature of public). Harus ada kelompok yang dikenal dan berkepentingan dengan persoalan itu.
  • Pilihan yang sulit (complex of preference). Faktor ini mengacu ke totalitas opini para anggota masyarakat tentang suatu isu.
  • Pernyataan opini (expression of opinion). Berbagai pernyataan bertumpuk di sekitar isu tertentu. Pernyataan biasanya disampaikan melalui kata-kata yang diucapkan atau dicetak dan sewaktu-waktu melalui gerak-gerik, kepalan tinju, lambaian tangan, dan tarikan napas panjang.
  • Jumlah orang yang terlibat (number of person involved). Opini publik mensyaratkan besarnya (size) masyarakat yang menaruh perhatian terhadap isu tertentu. Definisi ini mempertanyakan secara baik sekali berapa jumlah itu dan merangkumnya ke dalam ungkapan “sejumlah orang penting”. Definisi itu mengesampingkan isu-isu kecil yang terkait dengan pernyataan-pernyataan individu yang tidak begitu penting.
Leonard W. Doob menyatakan adanya opini publik “internal” dan “tersembunyi”. Apabila publik tidak berkenan dengan isu tertentu, opini “tidak diungkapkan”. Itulah opini publik yang internal. Mengenai opini publik yang tersembunyi, Doop mengemukakan opini ini mengacu ke sikap rakyat mengenai isu tertentu yang tidak menggugah atau memengaruhi perilakunya.

2. Ciri-ciri Opini Publik
Astrid (1975) menyatakan opini publik bersifat umum dan disampaikan oleh kelompok (sosial) secara kolektif dan tidak permanen. Istilah “publik” mengacu ke kelompok manusia yang berkumpul secara spontan dengan syarat-syarat :
  • menghadapi persoalan tertentu;
  • berbeda opini mengenai persoalan tertentu dan berusaha mengatasinya;
  • mencari jalan keluar melalui diskusi.
Di sini publik belum terbentuk dan belum terorganisir. Karena setiap publik memiliki persoalan yang menuntut perhatian maka dengan sendirinya terbentuk banyak publik. Jika bicara mengenai “publik”, kita akan sulit menentukan “What the public wants”. Sebagai komunikator, kita harus mengetahui keinginan komunikan. Misalnya, bagaimana cara penyebaran informasi yang sesuai dengan keinginan mereka.

3. Opini Publik dan Sikap Manusia
Astrid (1975) dalam bukunya “Pendapat Umum” meninjau opini publik dari segi psikologi sosial menurut Leonard W. Doob, opini publik mempunyai hubungan yang erat dengan sikap manusia, yaitu sikap pribadi atau sikap kelompok. Doob selanjutnya mengatakan bahwa opini publik adalah sikap pribadi seseorang ataupun kelompok. Sebagian sikap ditentukan oleh pengalaman dan oleh kelompoknya. William McDougall dan Otto Friedman keduanya berpendapat antara opini publik dan sikap pribadi manusia ada hubungan yang erat. Masyarakat membentuk pengalaman pribadi tiap individu. Kemudian pengalaman pribadi menentukan sikap dan opini individu ketika menghadapi persoalan tertentu. Kumpulan individu membentuk sikap dan opini publik.
4. Opini Publik menurut Beberapa Bidang Keilmuan
  • Opini publik dari segi Sosiologi. Emory S. Bogardus menyatakan opini publik berpengaruh besar pada politik. Bogardus juga berpendapat opini publik menjadi pilar bagi bidang hukum. Misalnya, kekuatan peraturan perundang-undangan bergantung pada dukungan yang diberikan melalui opini publik. Sikap atau opini publik tertentu terhadap suatu masalah akan menentukan seberapa legitimate peraturan hukum yang dihasilkan, yang tertulis maupun tidak tertulis.
  • Opini Publik dari segi ilmu Komunikasi. Komunikasi mengenai soal-soal tertentu dalam bentuk tertentu kepada orang-orang tertentu akan memberi efek tertentu pula. Komunikasi untuk membahas persoalan tertentu akan menghasilkan interpretasi dan pernyataan tertentu. Dengan demikian, ditemukan unsur aktualitasnya. Komunikasi memungkinkan kita membawa persoalan kepada orang-orang yang kompoten untuk memperoleh tanggapan atau umpan balik. Penekanan pada aktualitas komunikasi ini sama dengan pendapat Leonard W. Doob mengenai opini publik, yaitu opini publik adalah aktual (actual public opinion).
Persamaan opini harus muncul agak layak dinilai sebagai opini publik. Doob menekankan bahwa pada opini publik, opininya harus telah dinyatakan atau actual (public) opinion. Mengapa opini harus dinyatakan sebelum dapat dinilai ? Karena sesuatu yang belum dinyatakan dan belum disampaikan belum dapat dianggap sebagai proses komunikasi, karena baru merupakan proses dalam diri manusia yang bersangkutan. Irish dan Prothro mengatakan opini yang dinyatakan telah mengalami proses komunikasi yang disebut opinion. Opini yang belum dinyatakan masih merupakan sikap (attitude).

 
Kelompok Sosial yang Tidak Teratur
Dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok yang merupakan kelompok teratur seperti lembaga, keluarga, dan kelompok formal lainnya. Namun, ada juga terdapat kelompok yang tidak teratur seperti massa, publik, crowd, mob, audience, dll. Kelompok yang tidak teratur ini terkumpul di tempat tertentu, misalnya para demonstran, kelompok penonton sepak bola. Ada juga kelompok yang terkumpul di tempat tertentu, misalnya pendengar siaran radio, penonton televisi, pembaca surat kabar.

 
Kelompok yang tidak teratur itu mempunyai ciri-ciri tersendiri. Untuk menangani kelompok yang teratur maupun yang tidak teratur, yang terkumpul di tempat tertentu atau tidak terkumpul di tempat tertentu, digunakan metode pendekatan atau cara komunikasi sendiri-sendiri.

1. Massa
Beberapa ahli menyorot pengertian massa.
Bouman: Massa adalah manusia dengan jumlah besar yang secara kebetulan muncul secara bersama-sama. Massa merupakan golongan dengan anggota yang besar jumlahnya. Kadang-kadang massa merupakan gerombolan pendengar atau penonton yang besar yang pada umumnya tidak masuk ke organisasi tertentu. Massa memiliki ikatan dan persamaan jiwa pada tingkatan yang rendah. Selanjutnya, Bouman mengemukakan dalam kesendirian kepercayaan seseorang menjadi menurun. Sebaliknya, di dalam massa, emosi/perasaan orang naik. Akibatnya, tidak jarang massa bertindak keji secara bersama-sama dan tidak ada seorang pun yang bertanggung jawab atas kekejian itu.
Contohnya, pada bulan Maret, April, dan Mei 2006, di Jakarta para aparat disibukkan dengan mengendalikan para demonstran pro-reformasi yang menyeleweng dari cita-cita semula. Mereka justru bertindak keji dan merusak. Kekejian itu meluas hingga ke daerah lain. Sampai-sampai para demo membakar dan merusak kantor pemerintah dan bangunan utama di daerah itu.

Herbert Blumer: Ciri-ciri massa sebagai berikut :
  1. Massa terdiri dari orang-orang yang berasal dari segala lapangan dan tingkat kehidupa (heterogen);
  2. Massa tidak saling mengenal satu sama lain (anonym);
  3. Pada massa, tidak terdapat interaksi antar-anggota dan tidak ada pertukaran pengalaman. Mereka terpisah satu sama lain sehingga mempunyai sedikit kesempatan untuk “milling” seperti yang ada pada crowd. Di sini, milling atau perputaran berarti para individu berputar dan berkeliling tidak tertentu dan tanpa tujuan yang nyata;
  4. Massa memiliki dalam ikatan organisasi yang sangat longgar atau bahkan tidak mempunyai organisasi secara jelas. Akibatnya, massa tidak mampu bertindak secara teratur dan terarah seperti yang terdapat dalam crowd.

Dr. Gerhart D. Wiebe: “Dilihat dari segi psikologis, massa tidak menunjukkan status tertentu dalam masyarakat atau tidak memiliki hubungan tertentu. Akan tetapi, massa menunjukkan secara jelas jumlah orang yang sangat banyak”.

Prof. Dr. C.A. Mennicke: Ada dua jenis massa; (1) massa abstrak dan (2) massa konkret.
Massa abstrak adalah sejumlah atau sekumpulan manusia yang sama sekali belum mempunyai ikatan yang berupa kesatuan norma, emosi, motif, dan kepentingan. Mereka berkumpul atau bergerombol menjadi satu sebagai akibat adanya dorongan yang sama. Mungkin dorongan berupa kebutuhan akan perhatian, memiliki kepentingan yang sama, atau memiliki nasib yang sama. Dorongan itu membuat mereka berkerumun atau berkumpul. Karena dorongan belum begitu kuat, sewaktu-waktu mereka mungkin masih dapat bubar atau membubarkan diri.
Massa konkret adalah sekelompok manusia yang sudah terikat oleh sejumlah norma tertentu, mempunyai ikatan batin, atau memiliki ikatan motif tertentu. Dengan kata lain, massa konkret mempunyai :
  1. Ikatan batin, solidaritas, emosi, rencana kerja, atau program.
  2. Persamaan norma. Mereka mempunyai norma sendiri karena selalu berkumpul.
  3. Struktur yang jelas. Di sini sudah terbentuk organisasi dengan pimpinan yang tetap, pembagian kerja, serta tujuan yang pasti.
  4. Potensi yang dinamis. Karena mempunyai bentuk konkret, massa merupakan gerakan atau mempunyai fungsi gerakan. Misalnya, gerakan Pramuka dan gerakan Pemuda. 

Gustave Le Bon: Ciri-ciri massa:
  • Massa adalah kumpulan banyak orang, yang berjumlah ratusan atau ribuan orang.
  • Mereka berkumpul dan saling berhubungan hanya untuk sementara waktu.
  • Mereka mempunyai minat atau kepentingan bersama yang juga sementara waktu.

William McDougall: Ada dua macam massa, yaitu (1) massa yang tidak tersusun dan (2) massa yang tersusun. Massa yang tidak tersusun sering dinamakan crowd.
 
Massa yang tersusun atau massa yang terorganisir identik dengan apa yang dinamakan massa konret oleh Mennicke. Menurut McDougall, lebih dahulu harus terdapat organisasi yang sederhana, baru kemudian menjadi organisasi yang tersusun. Contohnya organisasi yang sederhana adalah Kerumunan yang sedang menyaksikan “banjir” di ibukota (Februari, 2007).
 
Perlu diketahui, ada pakar yang membagi massa menjadi massa yang terlihat dan massa yang tidak terlihat. Menurut sosiologi, massa dapat dilihat. Sebaliknya, menurut psikologi, massa tidak dapat dilihat.

Contoh massa yang terlihat adalah massa yang berkumpul di tempat tertentu untuk menghadiri rapat raksasa dalam rangka memperingati hari kemerdekaan atau menyaksikan pawai pembangunan dengan mobil hias. Untuk dapat disebut massa yang terlihat, massa tidak harus ada di satu tempat tertentu, tidak perlu saling kenal dan bertemu. Misalnya, pembaca surat kabar, pendengar radio, dan penonton televise. Syarat utama massa yang terlihat maupun massa yang tidak terlihat adalah mempunyai ikatan pikiran, pertalian jiwa, atau persamaan perasaan.

 
Drs. J.B.A.F. Mayor Polak
Menurut Polak, massa adalah orang banyak yang tidak berkumpul di tempat tertentu, tetapi mereka mengikuti kejadian dan peristiwa penting dengan perantaraan peralatan komunikasi modern. Massa merupakan orang banyak yang tersebar, anonim, dan heterogen, menghadapi persoalan tertentu, dan terpisah satu dari yang lain. Individu-individu tidak bertindak secara otomatis. Sebaliknya, mereka tetap tidak kehilangan kesadaran akan diri sendiri dan masing-masing tetap mengingat kepentingannya. Contoh: Massa menonton sepak bola setiap hari melalui media televisi tertentu.

Berbagai pendapat para ahli itu apabila disatukan menghasilkan definisi massa yang mempunyai ciri-ciri khas sebagai berikut :
  • Massa tidak mampu bertindak secara teratur karena mereka longgar ikatan organisasinya.
  • Massa yang terlihat maupun tidak terlihat memiliki ikatan pikiran, pertalian jiwa, atau persamaan perasaan.
  • Massa tidak dapat berpikir secara kritis, cenderung mudah percaya, dan amat tersugesti.
  • Massa sangat mudah tersinggung, sangat fanatik, bersemangat dan berani, dan dapat berbuat sesuatu tanpa memikirkan tanggung jawab.
  • Massa yang terlihat adalah massa yang berkumpul di tempat tertentu. Misalnya, sejumlah orang yang menghadiri rapat raksasa. Sebaliknya, massa yang tidak terlihat tidak berkumpul di tempat tertentu dan tidak perlu saling kenal satu sama lain. Contohnya, massa aliran politik tertentu.
2. Crowd
Para ahli mendefinisikan crowd dengan mengajukan sejumlah ciri utama.
Soerjono Soekamto, SH., MA., ciri-ciri crowd sebagai berikut:
  1. Ukuran crowd: jumlah kehadiran orang-orang secara fisik.
  2. Batas crowd: Mata dapat melihat dan telinga dapat mendengar
  3. Kesementaraan crowd: Crowd segera hilang atau lenyap apabila orang-orang bubar. Crowd bersifat sementara dan tidak terorganisir.
  4. Kepemimpinan crowd: Crowd mempunyai pimpinan, tetapi tidak mepunyai pembagian kerja. Interaksinya spontan dan tidak terduga atau tidak direncanakan.
  5. Kedudukan sosial crowd: Orang-orang yang hadir dan terkumpul dalam crowd mempunyai kedudukan sosial yang sama. Identitas biasanya tenggelam dalam crowd. Misalnya, guru, mahasiswa, pedagang, tukang becak, sama-sama menunggu bis kota atau sama-sama mengantre karcis kereta api. Di bandara, ketika mengantre karcis pesawat, kita menemukan kerumunan yang menjemput keluarga atau tamu yang datang/tiba di bandara.
  6. Aksi crowd: Crowd mudah beraksi, karena individu-individu dalam crowd tersebut mempunyai satu pusat perhatian dan keinginan mereka akan tersalurkan melalui aksi. Norma masyarakat kadang-kadang menjadi pembatas terjadinya aksi.
  7. Kecenderungan merusak: Crowd memiliki kecenderungan lebih suka merusak daripada membangun.
Crowd tidak selamanya mengarah ke hal-hal yang negatif. Sebaliknya, crowd dapat diarahkan ke tujuan-tujuan yang baik. Misalnya, untuk menghadiri ceramah keagamaan.
Crowd dapat dibedakan menjadi :
  1. Berguna atau tidak berguna bagi organisasi masyarakat;
  2. Timbul dengan dapat diduga atau tidak dapat diduga sebelumnya;
  3. Dikendalikan oleh keinginan kelompok atau oleh keinginan pribadi.
 
Crowd dapat dibagi juga menjadi:
  1. Crowd yang berartikulasi dengan struktur sosial, misalnya : (a) Penonton atau pendengar yang formal (formal audience). Crown ini mempunyai pusat perhatian dan persamaan tujuan, yang sifatnya pasif. Contoh: penonton film, konser, wayang, dan peserta pengajian. (b) Kelompok yang menyatakan perasaan yang direncanakan (planned expressive group). Crowd ini menganggap pusat perhatian sebagai tidak penting. Akan tetapi, crowd ini mempunyai persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktivitas dan kepuasan yang dihasilkannya.
  2. Crowd yang bersifat sementara (casual crowd), antara lain (a) Inconvenient aggregations. Crowd ini merupakan kumpulan yang kurang menyenangkan. Misalnya, kumpulan orang yang sedang mengantri karcis. Kehadiran orang lain merupakan halangan bagi orang tertentu. (b) Panic crowd. Crowd ini merupakan kumpulan orang yang dalam keadaan panik. Pada situasi ini orang berusaha menyelamatkan diri sendiri dari bahaya. Contoh: Saat banjir melanda Jakarta awal Februari 2007, banyak penduduk panik karena air dengan derasnya memasuki rumah mereka. Air sempat menaik sampai setinggi genteng rumah penduduk. (c) Spectator crowd. Crowd ini terjadi ketika orang ingin menlihat kejadian tertentu. Crowd ini hampir sama dengan formal audiences. Spectator crowd biasanya tidak direncanakan. Kegiatan-kegiatan pada umumnya tidak terkendalikan. Contoh: Warga Jakarta yang tidak terkena banjir berkerumun membentuk crowd yang membantu warga yang terkena bencana. Crowd menyelamatkan mereka yang terkena banjir.
  3. Crowd yang berlawanan dengan norma hukum (lawless crowd); (a) Acting mob. Crowd ini bertindak emosional. Crowd bertujuan mencapai sesuatu dengan menggunakan kekuatan fisik yang berlawanan dengan norma yang berlaku di masyarakat. (b) Immoral crowd. Hampir sama dengan kelompok-kelompok ekspresif, immoral crowd bertentangan dengan norma masyarakat. Misalnya, crowd orang-orang yang dalam keadaan mabuk.

Herbert Blumer:  Membedakan crowd menjadi empat macam :
  1. The casual crowd. Crowd ini terjadi secara kebetulan, sementara, terpecah belah, berkumpul, kemudian bubar. Biasanya digerakkan oleh tarikan pada waktu itu saja, dan oleh rangsangan yang sama. Misalnya, orang yang sedang menonton etalase. Mereka tidak saling kenal.
  2. The conventionalized crowd. Crowd ini terbentuk sesuai dengan kebiasaan atau aktivitas yang diarahkan oleh peraturan tradisional. Tindakan crowd ini tidak agresif dan cenderung spontan.
  3. An acting crowd. Crowd ini dapat disamakan dengan crowd agresif. Crowd biasanya bertindak dengan tujuan tertentu. Crowd ingin memenuhi keinginan pribadi maupun golongan. Acting crowd dan casual crowd lebih banyak terpengaruh kebudayaan.
  4. An expressive crowd. Crowd ini terjadi karena curahan hati. Tujuannya adalah mengekspresikan kepentingan pribadi, yang kadang-kadang diwujudkan ke dalam bentuk kesenangan, pesta, atau tari-tarian adat.
Robert M. Mac Iver dan Ch. H. Page: Membagi crowd menjadi empat jenis, yaitu :
  1. The like interest crowd. Orang mengerumuni suatu kecelakaan atau berlarian karena ada kebakaran. Pertama karena ingin tahu, yang kedua ingin menyelamatkan diri. Keduanya sifatnya terarah (focused).
  2. The like interest unfocused crowd. Sejumlah orang berkerumun padat, perhatian mereka tidak terarah kepada sesuatu hal, karena masing-masing mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Misalnya, saat pulang mudik, berkumpul dan berebutan memasuki kereta api atau bis atau juga pesawat dan kapal laut.
  3. The common interest focused crowd. Orang bergerombol dalam sesuatu kerusuhan (riot).
  4. The common interest unfocused crowd. Orang banyak berdesak-desak di kala merayakan Hari-hari Nasional atau perayaan-perayaan lain.

R.W. Brown: Crowd berubah dan dibagi menjadi dua macam : mob dan audience. Mob menggambarkan sesuatu yang aktif dan audience menggambarkan sesuatu yang pasif.

 
e. Hubert Bonner
Bonner menyebutkan gejala-gejala timbulnya crowd :
1) Ada reaksi dari orang-orang dalam crowd yang memiliki rangsangan yang sama dalam batas lingkungan tertentu.
2) Mereka mempunyai kontak interaksi langsung satu sama lain.
3) Adanya perangsang yang sama menghasilkan ketegangan psikologis tertentu, sehingga menyebabkan penguasaan diri melemah.
4) Adanya rangsangan kolektif berupa proses perputaran (milling) yang menimbulkan kegairahan semakin hebat di setiap individu dalam crowd. Kondisi ini berakibat pada tindakan irrasional dan sering berupa tindakan kekerasan.
5) Perilaku dalam crowd bermacam-macam, yang pasif hingga yang agresif, yang tenang hingga yang penuh kekerasan. Perilaku seseorang dalam crowd selalu diliputi kegairahan atau ketegangan.

 
3. Mob
Para ahli mengemukakan sejumlah definisi tentang mob.
a. Drs. J.B.A.F. Mayor Polak
Menurut Polak, mob adalah kerumunan atau crowd yang aktif. Tindakan mob yang mengarah ke kekacauan disebut kerusuhan atau huru hara (riots). Seperti crowd, mob terjadi secara spontan, tanpa ada yang mengaturnya. Perilaku kolektif mob tidak mempunyai dasar yang lazim atau menurut kebiasaan tertentu dan hanya merupakan reaksi emosional yang menurutkan kata hati (impulsive). Reaksi semacam ini kurang mengindahkan ukuran dan nilai kebudayaan. Karena tanpa organisasi, pembagian kerja, dan aturan dengan sendirinya keaktifan mob bersifat destruktif atau bertujuan merusak. Untuk melepaskan rasa tidak puas, kemarahan, dan kejengkelan, kadang-kadang mob membakar dan merusak rumah orang lain. Kegelisahan sosial merupakan dasar yang subur bagi tumbuhnya mob. Dengan demikian, mob dapat bersifat revolusioner dan dapat bersifat reaksioner.

 
b. Drs. R. Rukomy
Menurut Rukomy, crowd dan mob mempunyai banyak persamaan :
1) Keduanya merupakan sekumpulan orang banyak;
2) Keduanya terjadi karena peristiwa tertentu;
3) Pada keduanya tidak ada diskusi;
4) Keduanya dimotivasi oleh emosi dan impuls atau perangsang;
5) Pada keduanya perserta terpadu sebagai kesatuan yang dikuasai oleh emosi kolektif.
Adapun yang membedakan antara keduanya adalah crowd sudah dalam kondisi agresif, sedangkan mob senantiasa berhubungan dengan tindakan kekerasan, pengrusakan, atau kerusuhan.

 
4. Audience
a. Banyak sarjana yang menyamakan audience dan publik.
b. La Pierre dan Earnsworth membedakan dan membandingkan audience dan publik. Publik menunjukkan sejumlah orang yang berada dalam kontak atau interaksi jarak jauh secara tidak langsung yang biasanya melalui media massa (sama dengan pendapat Soerjono Soekamto). Sementara audience mengacu ke situasi kontak langsung.
c. Ditinjau dari kepentingan komunikasi, penguasaan terhadap publik yang jumlahnya besar akan lebih sukar dibanding penguasaan terhadap audience.
d. Feedback dari audience dapat segera diketahui. Sebaliknya, feedback dari publik lebih sulit diketahui. Akan tetapi dengan kemajuan teknologi sekarang ini, feedback dari publik segera dapat diketahui. Sekarang setiap stasiun penyiaran mempunyai program interaktif. Program ini dapat digunakan mengetahui berbagai pendapat pedengar atau penonton.

 
RANGKUMAN

 
Menurut Redi Panuju (2002), opini publik dapat mengalami pergeseran dari satu opini ke opini lain karena empat faktor psikologi, faktor sosiologi politik, faktor budaya dan faktor media massa. Perubahan atau pergeseran opini publik tergantung pada satu atau lebih faktor tersebut.
Bernard Hennesy mengemukakan bahasa yang berlaku dalam komunikasi adalah kata-kata lisan atau tulisan. Bahasa menjadi penghubung antara jaringan komunikasi yang besar dan kecil dengan pemilik opini mengenai isu yang menyangkut kepentingan umum. Sementara jaringan sekunder, menurut Wright menunjukkan komunikasi massa yang memiliki kondisi operasional yang berbeda.
Dari berbagai pendapat, opini publik menyiratkan adanya masalah atau situasi yang bersifat kontroversial. Yakni, publik secara spontan terpikat pada masalah tertentu, melibatkan diri ke dalamnya, dan berusaha memberikan pendapatnya. Di situ timbul kesempatan bertukar pikiran atau berdebat mengenai masalah yang kontroversial. Di situ ada interaksi antarindividu dalam publik yang menghasilkan pernyataan opini yang bersifat kolektif.
Menurut Bernard Hennessy, ada lima faktor yang menandai munculnya opini publik :
1. adanya isu,
2. adanya nature of publics,
3. adanya pilihan yang sulit,
4. adanya pernyataan, dan
5. adanya jumlah orang yang terlibat.

 
Opini publik sering terkait dengan kepentingan umum. Lima unsur pokok definisi tersebut penting untuk memahami opini publik dan mengetahui bagaimana opini publik dibedakan dari moral, kebiasaan sosial, atau kepentingan pribadi yang tak ada sangkut paut dengan kelompok-kelompok yang lebih besar di masyarakat.
Kelompok masyarakat yang tidak teratur disebut massa, crowd, publik, mob, dan audience. Sejumlah ahli menyatakan massa adalah sejumlah/segerombolan orang banyak, tidak terorganisasi, heterogen, dan anonim. Ada ahli yang mengatakan bahwa massa terdiri dari yang abstrak dan yang konkret, yang tidak tersusun dan yang tersusun, yang tidak terlihat dan yang terlihat.
Crowd muncul secara spontan atau tidak direncanakan. Ada kemungkinan orang yang berkumpul atau berkerumun berubah menjadi crowd apabila mendapat perangsang yang demikian hebatnya mengenai peristiwa tertentu. Karakter yang penting lainnya, crowd membiarkan diri hanyut untuk sementara waktu sehingga melupakan kepribadian sendiri, mengabaikan tata susila dan tata tertib dan tanpa memikirkan tanggung jawab di kemudian hari, fanatik, mudah tersinggung, dan semata-mata mencari kepuasan atas tindakannya. Misalnya, jika ada penjambret atau pencuri tertangkap, orang-orang akan memukul bahkan melakukan pembunuhan dengan pengeroyokan. Ini dapat disebut mob, yang lebih sukar berbuat kerusuhan dan huru hara.
Opini menurut Cutlip & Center adalah ekspresi tentang sikap mengenai masalah yang bersifat kontroversial. Pembicaraan tentang masalah yang kontroversial menimbulkan opini yang berbeda-beda. Sikap atau attitude adalah kecenderungan untuk merespon masalah atau situasi tertentu. Opini dan sikap membentuk interaksi yang berkesinambungan. Sikap masih dalam diri seseorang, sedangkan opini adalah pernyataan yang keluar dari diri seseorang.
Propaganda adalah salah satu metode komunikasi. Ada berbagai definisi tentang propaganda. Salah satu definisinya, propaganda adalah jenis komunikasi yang berusaha memengaruhi pandangan dan reaksi orang tanpa mengindahkan benar atau tidaknya pesan yang disampaikan. Pendapat lain mengatakan propaganda adalah seni untuk menyebarkan dan meyakinkan kepercayaan tertentu, khususnya kepercayaan agama atau politik. Dalam perkembangannya, opini publik melalui propaganda digunakan oleh pihak-pihak tertentu yang kadang-kadang tidak bertanggung jawab.

 
PERTANYAAN LATIHAN
1. Mengapa opini publik digunakan untuk pengumpulan pendapat masyarakat ?
2. Cutlip dan Center mengemukakan opini adalah ekspresi tentang sikap mengenai masalah yang kontroversial. Jelaskan !
3. William Albiq (Santoso, 1999) lebih suka opini publik yang dihasilkan oleh diskusi, mengapa ?
4. Dalam bukunya Bernard Hennessy (1990) mengatakan opini adalah ekspresi berbagai pendapat yang menumpuk di sekitar isu tertentu. Jelaskan !
5. Apa saja yang disebut kelompok yang teratur dan kelompok yang tidak teratur ? Sebutkan !
6. Massa adalah salah satu istilah ilmu masyarakat. Prof. Dr. C.A. Mennicke menyebut ada massa abstrak dan massa konkret. Apakah kaum buruh yang berdemo sepanjang jalan Thamrin-Sudirman di Jakarta termasuk massa abstrak atau konkret. Jelaskan !
7. Menurut William Mc Dougall, massa tersusun oleh unsur yang sama dengan massa konkret oleh Prof. Dr. C.A. Mennicke. Jelaskan !
8. Menurut Drs. R. Rukomy ada persamaan antara crowd dan Mob. Sebutkan persamaan dan perbedaannya ?
9. Bagaimana fungsi feedback dari publik dan audience ? Jelaskan !
10. Mengapa “opini” muncul bila ada masalah yang kontroversial ? Apakah perbedaan antara opini dan sikap ?
11. Anda jelaskan, mengapa para ilmuwan, sosiolog, politikus, wartawan, pendidik, dan mahasiswa selalu memiliki perbedaan opini ?
12. Sebutkan hubungan antara propaganda dan komunikasi dan juga propaganda dan opini publik !

 
CONTOH KASUS
1. Setiap individu memandang suatu isu dengan cara yang berbeda. Perbedaan ini mungkin karena adanya perbedaan pengetahuan dan perbedaan psikologis dalam menanggapi sesuatu. Perbedaan yang berdasar dari faktor psikologis ini menyebabkan pemaknaan terhadap kenyataan yang sama bisa menghasilkan penyandian yang berbeda. Bagaimana anda memandang perbedaan opini publik karena faktor psikologi sosial ini ?
2. Berbagai kerusuhan terjadi dalam tahun 2006 terkait berbagai pernyataan tidak puas atas hasil Pilkada. Ternyata banyak kelompok yang kalah tidak mau menerima kekalahan. Apa opini publik pihak yang puas dan pihak yang tidak puas ?
3. Massa lahir di mana-mana dengan berbagai bentuk dan tindakan yang mereka lakukan. Demonstrasi oleh massa tidak dapat dielakkan. Kalau hanya sekedar demo dengan tertib tidak masalah. Tetapi sejumlah massa berbuat keji merusak, bahkan membakar. Mengapa ada demo yang tertib dan ada yang anarki ?
4. Publik dan audience memilliki persamaan, yaitu sekelompok orang. Perbedaannya pada situasi, publik memiliki kontak yang jauh sedangkan audience kontak yang dekat atau bisa bertatap muka. Feedback dari audience dapat segera diketahui. Bagaimana dengan kemajuan teknologi sekarang, apakah feedback dari publik dapat segera diketahui seketika ? Bagaimana menurut Anda dampak kemajuan yang dicapai dunia broadcasting dan dunia cetak terhadap publik dan audience ?

 
DAFTAR BACAAN
Panuju, Redi (2002), Relasi kuasa Negara media massa dan public (Pertarungan Memenangkan Opini Publik dan Peran dalam Transformasi Sosial), Yogyakarta, Pustaka Pelajar. (hlm. 1-19)
Sastropoetro, Santoso (1990). Pendapat Publik, Pendapat Umum dan Pendapat Khalayak dalam Komunikasi Sosial. Bandung, Remaja Rosdakarya. (hlm. 41-42, 49-53)
Susanto, Astri. (1975). Pendapat Umum. Bandung, Karya Nusantara. (hlm. 80-90)
Hennessy, Bernard. (1990). Edisi keempat. Pendapat Umum. (terjemahan) Jakarta. Erlangga. (hlm. 4-8; hlm.101-102)
Sunarjo, Djoenaesih S (1984) Opini Publik. Yogyakarta, Liberty (hlm. 3-21)
Nurudin, (2001) Komunikasi Propaganda, Bandung. Remaja Rosdakarya. (hlm. 3-10; hlm. 63-64)

 
Sumber ilustrasi :
http://infogsbi.blogspot.com
http://blogs.usyd.edu.au
http://rdar.wordpress.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Definisi Public Relations

Public relations (PR) yang diterjemahkan bebas menjadi hubungan masyarakat (Humas), terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara...