13/06/12

Ruang Lingkup Opini Publik

Karakter Opini Publik
Opini publik adalah pengumpulan citra yang diciptakan oleh proses komunikasi. Gambaran tentang sesuatu akan menimbulkan banyak tafsir bagi para peserta komunikasi. Sesuatu akan berbentuk abstrak atau konkret dan selalu bermuka banyak atau berdimensi jamak karena adanya berbagai perbedaan penafsiran (persepsi) yang terjadi di antara peserta komunikasi. Pergeseran citra pada opini publik ini tergantung pada siapa saja yang terlibat dalam proses komunikasi. Setiap kali jaringan komunikasi berubah, opini publik juga berubah. Perubahan opini publik merupakan “dinamika komunikasi”, sedangkan substansi opini publik tidak berubah. Substansi tidak berubah karena ketika proses pembentukan opini publik berlangsung, pengalaman dari peserta komunikasi itu telah terjadi.

Redi Panuju (2002) menegaskan pergeseran yang terjadi dalam opini publik disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Faktor Psikologis
Tidak ada kesamaan antara individu yang satu dengan lainnya, yang ada hanya kemiripan yang memiliki banyak perbedaan. Perbedaanmas antar individu yang meliputi hobi, kepentingan, pengalaman, selera, dan kerangka berpikir menjadikan setiap individu berbeda bentuk dan cara merespon stimulus atau rangsangan yang menghampirinya. Perbedaan faktor psikologis menyebabkan pemaknaan terhadap kenyataan yang sama bisa menghasilkan penyandian yang berbeda-beda. Bisa saja output komunikasi tidak sama dengan input komunikasi karena perbedaan beberapa unsur yang bekerja dalam seleksi internal yang meliputi dimensi pemikiran (kognisi) dan dimensi emosi (afeksi).
Sebagian masalah mampu mengundang opini publik, sebagian lain tidak. Setiap masalah mempunyai bobot yang berbeda-beda. Masalah bisa hilang begitu saja karena publik tidak tertarik pada isu tertentu. Masalah bisa menyempit, bisa juga melebar karena ada kecenderungan “hiper-realitas” dalam komunikasi. Hiper-realitas adalah kecenderungan membesarkan sebagian fakta dan sekaligus menyembunyikan fakta yang lain. Proses psikologis bisa menghasilkan pergeseran makna atas realitas tertentu. Itulah sebabnya, dalam opini publik sering simbol verbal tidak berhubungan sama sekali dengan kenyataan. Hal ini terjadi karena opini publik semata-mata merupakan hasil penyandian individu-individu.
2. Faktor Sosiologi Politik
Opini publik terlibat dalam interaksi sosial.
a. Opini publik menunjukkan citra superioritas
Siapa yang menguasai opini publik, maka ia akan mengendalikan orang lain. “Menguasai” bersifat dinamis dan relatif. Artinya, publik akan cenderung berpihak pada kelompok atau individu yang paling memiliki kedekatan hubungan.

Contoh:
Pada penyelenggaraan MTQ Nasional setiap dua tahun sekali, Kalimantan Barat selalu keluar sebagai juara I baik dewasa maupun anak-anak. Media massa membicarakan prestasi Kalimantan Barat dan bahkan mewawancara nara sumber dari wilayah itu. Publikasi positif oleh media massa menguntungkan wilayah Kalimantan Barat. Bahkan masyarakat Kalimantan Barat di Jakarta pun ikut merasakan dampak publikasi positif oleh media tersebut.

Di universitas X di Makassar selalu terjadi baku-hantam antar mahasiswa dari fakultas yang berbeda. Masing-masing kelompok merusak gedung fakultas lain. Kejadian ini selalu diliput oleh media massa, terutama televisi. Muncullah opini publik negatif yang bukan hanya terhadap mahasiswa Universitas X di Makassar, bahkan terhadap warga Sulawesi Selatan yang berada di luar propinsi.

b. Opini publik menunjukkan keikutsertaan individu ke kejadian tertentu
Melalui keikutsertaan ke dalam opini publik, individu merasa terwakili keberadaannya. Melalui opini publik, individu juga merasa sebagai bagian dari masyarakatnya.

c. Opini publik berhubungan dengan citra, rencana, dan operasi (action)
Kenneth R. Boulding (1969) menyatakan citra, rencana, dan operasi merupakan matriks dari tahap-tahap kegiatan dalam situasi yang selalu berubah. Matriks perilaku sangat tergantung pada citra. Opini publik memberi inspirasi bagaimana individu dalam kelompok bertindak agar terhindar dari pencitraan yang buruk.
Contoh:
Partai X sedang menurun popularitasnya karena banyak tokohnya terlibat skandal moral. Kondisi yang negatif ini perlu diklarifikasi, apakah citra yang negatif disebabkan oleh persoalan faktual yang ada atau apakah banyak informasi dari organisasi itu yang perlu dijelaskan. Jika opini publik terhadap organisasi tertentu cenderung negatif, operasi/kegiatan organisasi tersebut cenderung menuai kecurigaan.

d. Opini publik sesuai dengan kemauan banyak orang
Opini publik cenderung sesuai dengan kemauan banyak orang. Karena itu, banyak orang berlomba memanfaatkan opini publik sebagai argumentasi atas berbagai keputusan. Dalam alam demokrasi, kebenaran normatif dapat digeser oleh kebenaran menurut “banyak orang”. Keputusan yang didasarkan pada dominasi opini publik belum tentu selaras dengan norma dan etika sosial yang berlaku.

Contoh:
Salah satu pulau di Kepulauan Seribu akan dilokalisir menjadi tempat penjudian. Rencana pemerintah daerah tersebut disetujui banyak orang. Akan tetapi, kelompok agama tidak membenarkan lokalisasi judi, bahkan judi adalah haram hukumnya.

e. Opini publik identik dengan hegemoni ideologi
Jika kelompok atau pemerintahan ingin tetap terus berkuasa, maka mereka harus mampu menjadikan ideologi kekuasaan menjadi dominan melalui opini publik.

3. Faktor Budaya
Budaya mempunyai pengertian yang beragam. Budaya adalah seperangkat nilai yang digunakan mengelola, memelihara hidupnya, menjaga dari gangguan internal maupun eksternal, dan mengembangkan kehidupan manusia. Nilai-nilai yang terhimpun dalam sistem budaya itu oleh individu dijadikan identitas sosialnya atau dijadikan ciri-ciri keanggotanya di komunitas budaya tertentu.

Para budayawan di Indonesia pernah menggagas nilai-nilai yang seharusnya dikembangkan bangsa Indonesia ke depan. Misalnya, mereka membedakan budaya Indonesia dari budaya Jawa dan Batak. Untungnya, dalam masyarakat kita masing-masing kelompok budaya sudah dibekali nilai-nilai toleransi sehingga perbedaan-perbedaan hanya terkumpul dalam opini publik, tetapi tidak meledak ke dalam konflik terbuka.

Selanjutnya dalam buku Redi Panuju (2002), James Lull menerangkan teori “meme” atau memetics yang dikembangkan sebelumnya oleh Richard Brodie (1996). Menurut Brodie, meme adalah suatu unit informasi yang tersimpan di benak seseorang, yang memengaruhi kejadian di lingkungannya sedemikian rupa sehingga tertular ke benak orang lain. Kebebasan menggunjingkan orang lain (ngerumpi) menyebabkan informasi cepat tersebar luas dan inilah bagian yang kurang baik bagi meme.

Masyarakat kita adalah masyarakat tradisional yang didasari semangat gotong royong dan kekeluargaan. Ciri masyarakat tersebut menyebabkan jaringan sosial makin besar peranannya dalam menyebarluaskan informasi. Masyarakat kita juga menyenangi gosip, isu, atau rumor (desas-desus), sehingga gejala “meme” cepat menjadi kelipatan reproduksi yang menembus jaringan-jaringan sosial yang terisolir. Kerja reproduksi meme menyebabkan terjadinya interaksi antara tradisi dan etika. Interaksi itu bermuara ke tataran opini publik.

4. Faktor Media Massa
Menurut Meyer, yang dikutip Redi Panuju, interaksi antara media dan institusi masyarakat menghasilkan produk berupa isi media (media content). Audiens menyebabkan isi media diubah menjadi gugusan-gugusan makna. Apakah yang dihasilkan dari proses penyandian pesan itu, menurut Meyer, sangat ditentukan oleh norma yang berlaku dalam masyarakatnya, pengalaman individu yang lalu, kepribadian individu, dan selektivitas penafsiran.

 
  
Pengertian Opini Publik
Istilah opini publik mengacu ke setiap pengumpulan pendapat yang dikemukakan individu-individu.

Santoso Sastropoetro (1990): Istilah opini publik sering digunakan untuk menunjuk ke pendapat-pendapat kolektif sejumlah besar orang.
Berbeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Menurut definisi, publik adalah sejumlah orang yang mempunyai minat, kepentingan, atau kegemaran yang sama. Publik melakukan interaksi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, pembicaraan pribadi yang berantai, desas-desus, surat kabar, radio, televisi, dan film. Alat-alat penghubung ini memungkinkan publik mempunyai pengikut yang lebih luas dan lebih besar jumlahnya.
William Albiq (Santoso S. 1990): Opini publik adalah jumlah dari pendapat individu-individu yang diperoleh melalui perdebatan dan opini publik merupakan hasil interaksi antar individu dalam suatu publik.

Emory S. Bogardus dalam "The Making of Public Opinion" mengatakan opini publik adalah hasil pengintegrasian pendapat berdasarkan diskusi yand dilakukan di dalam masyarakat yang demokratis. Opini publik bukan merupakan jumlah seluruh pendapat individu-individu yang dikumpulkan.

1. Faktor Pemicu Munculnya Opini Publik
Bernard Hennessy (1990) dalam buku Pendapat Umum, mengemukakan lima faktor munculnya pendapat umum (opini publik) :
  • Ada isu (presence of an issue). Harus terdapat konsensus yang sesungguhnya, opini publik berkumpul di sekitar isu tertentu. Isu dapat didefinisikan sebagai situasi kontemporer yang mungkin tidak terdapat kesepakatan, paling tidak ada unsur kontroversi terkandung di dalamnya, dan isu mengandung konflik kontemporer.
  • Ciri publik (nature of public). Harus ada kelompok yang dikenal dan berkepentingan dengan persoalan itu.
  • Pilihan yang sulit (complex of preference). Faktor ini mengacu ke totalitas opini para anggota masyarakat tentang suatu isu.
  • Pernyataan opini (expression of opinion). Berbagai pernyataan bertumpuk di sekitar isu tertentu. Pernyataan biasanya disampaikan melalui kata-kata yang diucapkan atau dicetak dan sewaktu-waktu melalui gerak-gerik, kepalan tinju, lambaian tangan, dan tarikan napas panjang.
  • Jumlah orang yang terlibat (number of person involved). Opini publik mensyaratkan besarnya (size) masyarakat yang menaruh perhatian terhadap isu tertentu. Definisi ini mempertanyakan secara baik sekali berapa jumlah itu dan merangkumnya ke dalam ungkapan “sejumlah orang penting”. Definisi itu mengesampingkan isu-isu kecil yang terkait dengan pernyataan-pernyataan individu yang tidak begitu penting.
Leonard W. Doob menyatakan adanya opini publik “internal” dan “tersembunyi”. Apabila publik tidak berkenan dengan isu tertentu, opini “tidak diungkapkan”. Itulah opini publik yang internal. Mengenai opini publik yang tersembunyi, Doop mengemukakan opini ini mengacu ke sikap rakyat mengenai isu tertentu yang tidak menggugah atau memengaruhi perilakunya.

2. Ciri-ciri Opini Publik
Astrid (1975) menyatakan opini publik bersifat umum dan disampaikan oleh kelompok (sosial) secara kolektif dan tidak permanen. Istilah “publik” mengacu ke kelompok manusia yang berkumpul secara spontan dengan syarat-syarat :
  • menghadapi persoalan tertentu;
  • berbeda opini mengenai persoalan tertentu dan berusaha mengatasinya;
  • mencari jalan keluar melalui diskusi.
Di sini publik belum terbentuk dan belum terorganisir. Karena setiap publik memiliki persoalan yang menuntut perhatian maka dengan sendirinya terbentuk banyak publik. Jika bicara mengenai “publik”, kita akan sulit menentukan “What the public wants”. Sebagai komunikator, kita harus mengetahui keinginan komunikan. Misalnya, bagaimana cara penyebaran informasi yang sesuai dengan keinginan mereka.

3. Opini Publik dan Sikap Manusia
Astrid (1975) dalam bukunya “Pendapat Umum” meninjau opini publik dari segi psikologi sosial menurut Leonard W. Doob, opini publik mempunyai hubungan yang erat dengan sikap manusia, yaitu sikap pribadi atau sikap kelompok. Doob selanjutnya mengatakan bahwa opini publik adalah sikap pribadi seseorang ataupun kelompok. Sebagian sikap ditentukan oleh pengalaman dan oleh kelompoknya. William McDougall dan Otto Friedman keduanya berpendapat antara opini publik dan sikap pribadi manusia ada hubungan yang erat. Masyarakat membentuk pengalaman pribadi tiap individu. Kemudian pengalaman pribadi menentukan sikap dan opini individu ketika menghadapi persoalan tertentu. Kumpulan individu membentuk sikap dan opini publik.
4. Opini Publik menurut Beberapa Bidang Keilmuan
  • Opini publik dari segi Sosiologi. Emory S. Bogardus menyatakan opini publik berpengaruh besar pada politik. Bogardus juga berpendapat opini publik menjadi pilar bagi bidang hukum. Misalnya, kekuatan peraturan perundang-undangan bergantung pada dukungan yang diberikan melalui opini publik. Sikap atau opini publik tertentu terhadap suatu masalah akan menentukan seberapa legitimate peraturan hukum yang dihasilkan, yang tertulis maupun tidak tertulis.
  • Opini Publik dari segi ilmu Komunikasi. Komunikasi mengenai soal-soal tertentu dalam bentuk tertentu kepada orang-orang tertentu akan memberi efek tertentu pula. Komunikasi untuk membahas persoalan tertentu akan menghasilkan interpretasi dan pernyataan tertentu. Dengan demikian, ditemukan unsur aktualitasnya. Komunikasi memungkinkan kita membawa persoalan kepada orang-orang yang kompoten untuk memperoleh tanggapan atau umpan balik. Penekanan pada aktualitas komunikasi ini sama dengan pendapat Leonard W. Doob mengenai opini publik, yaitu opini publik adalah aktual (actual public opinion).
Persamaan opini harus muncul agak layak dinilai sebagai opini publik. Doob menekankan bahwa pada opini publik, opininya harus telah dinyatakan atau actual (public) opinion. Mengapa opini harus dinyatakan sebelum dapat dinilai ? Karena sesuatu yang belum dinyatakan dan belum disampaikan belum dapat dianggap sebagai proses komunikasi, karena baru merupakan proses dalam diri manusia yang bersangkutan. Irish dan Prothro mengatakan opini yang dinyatakan telah mengalami proses komunikasi yang disebut opinion. Opini yang belum dinyatakan masih merupakan sikap (attitude).

 
Kelompok Sosial yang Tidak Teratur
Dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok yang merupakan kelompok teratur seperti lembaga, keluarga, dan kelompok formal lainnya. Namun, ada juga terdapat kelompok yang tidak teratur seperti massa, publik, crowd, mob, audience, dll. Kelompok yang tidak teratur ini terkumpul di tempat tertentu, misalnya para demonstran, kelompok penonton sepak bola. Ada juga kelompok yang terkumpul di tempat tertentu, misalnya pendengar siaran radio, penonton televisi, pembaca surat kabar.

 
Kelompok yang tidak teratur itu mempunyai ciri-ciri tersendiri. Untuk menangani kelompok yang teratur maupun yang tidak teratur, yang terkumpul di tempat tertentu atau tidak terkumpul di tempat tertentu, digunakan metode pendekatan atau cara komunikasi sendiri-sendiri.

1. Massa
Beberapa ahli menyorot pengertian massa.
Bouman: Massa adalah manusia dengan jumlah besar yang secara kebetulan muncul secara bersama-sama. Massa merupakan golongan dengan anggota yang besar jumlahnya. Kadang-kadang massa merupakan gerombolan pendengar atau penonton yang besar yang pada umumnya tidak masuk ke organisasi tertentu. Massa memiliki ikatan dan persamaan jiwa pada tingkatan yang rendah. Selanjutnya, Bouman mengemukakan dalam kesendirian kepercayaan seseorang menjadi menurun. Sebaliknya, di dalam massa, emosi/perasaan orang naik. Akibatnya, tidak jarang massa bertindak keji secara bersama-sama dan tidak ada seorang pun yang bertanggung jawab atas kekejian itu.
Contohnya, pada bulan Maret, April, dan Mei 2006, di Jakarta para aparat disibukkan dengan mengendalikan para demonstran pro-reformasi yang menyeleweng dari cita-cita semula. Mereka justru bertindak keji dan merusak. Kekejian itu meluas hingga ke daerah lain. Sampai-sampai para demo membakar dan merusak kantor pemerintah dan bangunan utama di daerah itu.

Herbert Blumer: Ciri-ciri massa sebagai berikut :
  1. Massa terdiri dari orang-orang yang berasal dari segala lapangan dan tingkat kehidupa (heterogen);
  2. Massa tidak saling mengenal satu sama lain (anonym);
  3. Pada massa, tidak terdapat interaksi antar-anggota dan tidak ada pertukaran pengalaman. Mereka terpisah satu sama lain sehingga mempunyai sedikit kesempatan untuk “milling” seperti yang ada pada crowd. Di sini, milling atau perputaran berarti para individu berputar dan berkeliling tidak tertentu dan tanpa tujuan yang nyata;
  4. Massa memiliki dalam ikatan organisasi yang sangat longgar atau bahkan tidak mempunyai organisasi secara jelas. Akibatnya, massa tidak mampu bertindak secara teratur dan terarah seperti yang terdapat dalam crowd.

Dr. Gerhart D. Wiebe: “Dilihat dari segi psikologis, massa tidak menunjukkan status tertentu dalam masyarakat atau tidak memiliki hubungan tertentu. Akan tetapi, massa menunjukkan secara jelas jumlah orang yang sangat banyak”.

Prof. Dr. C.A. Mennicke: Ada dua jenis massa; (1) massa abstrak dan (2) massa konkret.
Massa abstrak adalah sejumlah atau sekumpulan manusia yang sama sekali belum mempunyai ikatan yang berupa kesatuan norma, emosi, motif, dan kepentingan. Mereka berkumpul atau bergerombol menjadi satu sebagai akibat adanya dorongan yang sama. Mungkin dorongan berupa kebutuhan akan perhatian, memiliki kepentingan yang sama, atau memiliki nasib yang sama. Dorongan itu membuat mereka berkerumun atau berkumpul. Karena dorongan belum begitu kuat, sewaktu-waktu mereka mungkin masih dapat bubar atau membubarkan diri.
Massa konkret adalah sekelompok manusia yang sudah terikat oleh sejumlah norma tertentu, mempunyai ikatan batin, atau memiliki ikatan motif tertentu. Dengan kata lain, massa konkret mempunyai :
  1. Ikatan batin, solidaritas, emosi, rencana kerja, atau program.
  2. Persamaan norma. Mereka mempunyai norma sendiri karena selalu berkumpul.
  3. Struktur yang jelas. Di sini sudah terbentuk organisasi dengan pimpinan yang tetap, pembagian kerja, serta tujuan yang pasti.
  4. Potensi yang dinamis. Karena mempunyai bentuk konkret, massa merupakan gerakan atau mempunyai fungsi gerakan. Misalnya, gerakan Pramuka dan gerakan Pemuda. 

Gustave Le Bon: Ciri-ciri massa:
  • Massa adalah kumpulan banyak orang, yang berjumlah ratusan atau ribuan orang.
  • Mereka berkumpul dan saling berhubungan hanya untuk sementara waktu.
  • Mereka mempunyai minat atau kepentingan bersama yang juga sementara waktu.

William McDougall: Ada dua macam massa, yaitu (1) massa yang tidak tersusun dan (2) massa yang tersusun. Massa yang tidak tersusun sering dinamakan crowd.
 
Massa yang tersusun atau massa yang terorganisir identik dengan apa yang dinamakan massa konret oleh Mennicke. Menurut McDougall, lebih dahulu harus terdapat organisasi yang sederhana, baru kemudian menjadi organisasi yang tersusun. Contohnya organisasi yang sederhana adalah Kerumunan yang sedang menyaksikan “banjir” di ibukota (Februari, 2007).
 
Perlu diketahui, ada pakar yang membagi massa menjadi massa yang terlihat dan massa yang tidak terlihat. Menurut sosiologi, massa dapat dilihat. Sebaliknya, menurut psikologi, massa tidak dapat dilihat.

Contoh massa yang terlihat adalah massa yang berkumpul di tempat tertentu untuk menghadiri rapat raksasa dalam rangka memperingati hari kemerdekaan atau menyaksikan pawai pembangunan dengan mobil hias. Untuk dapat disebut massa yang terlihat, massa tidak harus ada di satu tempat tertentu, tidak perlu saling kenal dan bertemu. Misalnya, pembaca surat kabar, pendengar radio, dan penonton televise. Syarat utama massa yang terlihat maupun massa yang tidak terlihat adalah mempunyai ikatan pikiran, pertalian jiwa, atau persamaan perasaan.

 
Drs. J.B.A.F. Mayor Polak
Menurut Polak, massa adalah orang banyak yang tidak berkumpul di tempat tertentu, tetapi mereka mengikuti kejadian dan peristiwa penting dengan perantaraan peralatan komunikasi modern. Massa merupakan orang banyak yang tersebar, anonim, dan heterogen, menghadapi persoalan tertentu, dan terpisah satu dari yang lain. Individu-individu tidak bertindak secara otomatis. Sebaliknya, mereka tetap tidak kehilangan kesadaran akan diri sendiri dan masing-masing tetap mengingat kepentingannya. Contoh: Massa menonton sepak bola setiap hari melalui media televisi tertentu.

Berbagai pendapat para ahli itu apabila disatukan menghasilkan definisi massa yang mempunyai ciri-ciri khas sebagai berikut :
  • Massa tidak mampu bertindak secara teratur karena mereka longgar ikatan organisasinya.
  • Massa yang terlihat maupun tidak terlihat memiliki ikatan pikiran, pertalian jiwa, atau persamaan perasaan.
  • Massa tidak dapat berpikir secara kritis, cenderung mudah percaya, dan amat tersugesti.
  • Massa sangat mudah tersinggung, sangat fanatik, bersemangat dan berani, dan dapat berbuat sesuatu tanpa memikirkan tanggung jawab.
  • Massa yang terlihat adalah massa yang berkumpul di tempat tertentu. Misalnya, sejumlah orang yang menghadiri rapat raksasa. Sebaliknya, massa yang tidak terlihat tidak berkumpul di tempat tertentu dan tidak perlu saling kenal satu sama lain. Contohnya, massa aliran politik tertentu.
2. Crowd
Para ahli mendefinisikan crowd dengan mengajukan sejumlah ciri utama.
Soerjono Soekamto, SH., MA., ciri-ciri crowd sebagai berikut:
  1. Ukuran crowd: jumlah kehadiran orang-orang secara fisik.
  2. Batas crowd: Mata dapat melihat dan telinga dapat mendengar
  3. Kesementaraan crowd: Crowd segera hilang atau lenyap apabila orang-orang bubar. Crowd bersifat sementara dan tidak terorganisir.
  4. Kepemimpinan crowd: Crowd mempunyai pimpinan, tetapi tidak mepunyai pembagian kerja. Interaksinya spontan dan tidak terduga atau tidak direncanakan.
  5. Kedudukan sosial crowd: Orang-orang yang hadir dan terkumpul dalam crowd mempunyai kedudukan sosial yang sama. Identitas biasanya tenggelam dalam crowd. Misalnya, guru, mahasiswa, pedagang, tukang becak, sama-sama menunggu bis kota atau sama-sama mengantre karcis kereta api. Di bandara, ketika mengantre karcis pesawat, kita menemukan kerumunan yang menjemput keluarga atau tamu yang datang/tiba di bandara.
  6. Aksi crowd: Crowd mudah beraksi, karena individu-individu dalam crowd tersebut mempunyai satu pusat perhatian dan keinginan mereka akan tersalurkan melalui aksi. Norma masyarakat kadang-kadang menjadi pembatas terjadinya aksi.
  7. Kecenderungan merusak: Crowd memiliki kecenderungan lebih suka merusak daripada membangun.
Crowd tidak selamanya mengarah ke hal-hal yang negatif. Sebaliknya, crowd dapat diarahkan ke tujuan-tujuan yang baik. Misalnya, untuk menghadiri ceramah keagamaan.
Crowd dapat dibedakan menjadi :
  1. Berguna atau tidak berguna bagi organisasi masyarakat;
  2. Timbul dengan dapat diduga atau tidak dapat diduga sebelumnya;
  3. Dikendalikan oleh keinginan kelompok atau oleh keinginan pribadi.
 
Crowd dapat dibagi juga menjadi:
  1. Crowd yang berartikulasi dengan struktur sosial, misalnya : (a) Penonton atau pendengar yang formal (formal audience). Crown ini mempunyai pusat perhatian dan persamaan tujuan, yang sifatnya pasif. Contoh: penonton film, konser, wayang, dan peserta pengajian. (b) Kelompok yang menyatakan perasaan yang direncanakan (planned expressive group). Crowd ini menganggap pusat perhatian sebagai tidak penting. Akan tetapi, crowd ini mempunyai persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktivitas dan kepuasan yang dihasilkannya.
  2. Crowd yang bersifat sementara (casual crowd), antara lain (a) Inconvenient aggregations. Crowd ini merupakan kumpulan yang kurang menyenangkan. Misalnya, kumpulan orang yang sedang mengantri karcis. Kehadiran orang lain merupakan halangan bagi orang tertentu. (b) Panic crowd. Crowd ini merupakan kumpulan orang yang dalam keadaan panik. Pada situasi ini orang berusaha menyelamatkan diri sendiri dari bahaya. Contoh: Saat banjir melanda Jakarta awal Februari 2007, banyak penduduk panik karena air dengan derasnya memasuki rumah mereka. Air sempat menaik sampai setinggi genteng rumah penduduk. (c) Spectator crowd. Crowd ini terjadi ketika orang ingin menlihat kejadian tertentu. Crowd ini hampir sama dengan formal audiences. Spectator crowd biasanya tidak direncanakan. Kegiatan-kegiatan pada umumnya tidak terkendalikan. Contoh: Warga Jakarta yang tidak terkena banjir berkerumun membentuk crowd yang membantu warga yang terkena bencana. Crowd menyelamatkan mereka yang terkena banjir.
  3. Crowd yang berlawanan dengan norma hukum (lawless crowd); (a) Acting mob. Crowd ini bertindak emosional. Crowd bertujuan mencapai sesuatu dengan menggunakan kekuatan fisik yang berlawanan dengan norma yang berlaku di masyarakat. (b) Immoral crowd. Hampir sama dengan kelompok-kelompok ekspresif, immoral crowd bertentangan dengan norma masyarakat. Misalnya, crowd orang-orang yang dalam keadaan mabuk.

Herbert Blumer:  Membedakan crowd menjadi empat macam :
  1. The casual crowd. Crowd ini terjadi secara kebetulan, sementara, terpecah belah, berkumpul, kemudian bubar. Biasanya digerakkan oleh tarikan pada waktu itu saja, dan oleh rangsangan yang sama. Misalnya, orang yang sedang menonton etalase. Mereka tidak saling kenal.
  2. The conventionalized crowd. Crowd ini terbentuk sesuai dengan kebiasaan atau aktivitas yang diarahkan oleh peraturan tradisional. Tindakan crowd ini tidak agresif dan cenderung spontan.
  3. An acting crowd. Crowd ini dapat disamakan dengan crowd agresif. Crowd biasanya bertindak dengan tujuan tertentu. Crowd ingin memenuhi keinginan pribadi maupun golongan. Acting crowd dan casual crowd lebih banyak terpengaruh kebudayaan.
  4. An expressive crowd. Crowd ini terjadi karena curahan hati. Tujuannya adalah mengekspresikan kepentingan pribadi, yang kadang-kadang diwujudkan ke dalam bentuk kesenangan, pesta, atau tari-tarian adat.
Robert M. Mac Iver dan Ch. H. Page: Membagi crowd menjadi empat jenis, yaitu :
  1. The like interest crowd. Orang mengerumuni suatu kecelakaan atau berlarian karena ada kebakaran. Pertama karena ingin tahu, yang kedua ingin menyelamatkan diri. Keduanya sifatnya terarah (focused).
  2. The like interest unfocused crowd. Sejumlah orang berkerumun padat, perhatian mereka tidak terarah kepada sesuatu hal, karena masing-masing mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Misalnya, saat pulang mudik, berkumpul dan berebutan memasuki kereta api atau bis atau juga pesawat dan kapal laut.
  3. The common interest focused crowd. Orang bergerombol dalam sesuatu kerusuhan (riot).
  4. The common interest unfocused crowd. Orang banyak berdesak-desak di kala merayakan Hari-hari Nasional atau perayaan-perayaan lain.

R.W. Brown: Crowd berubah dan dibagi menjadi dua macam : mob dan audience. Mob menggambarkan sesuatu yang aktif dan audience menggambarkan sesuatu yang pasif.

 
e. Hubert Bonner
Bonner menyebutkan gejala-gejala timbulnya crowd :
1) Ada reaksi dari orang-orang dalam crowd yang memiliki rangsangan yang sama dalam batas lingkungan tertentu.
2) Mereka mempunyai kontak interaksi langsung satu sama lain.
3) Adanya perangsang yang sama menghasilkan ketegangan psikologis tertentu, sehingga menyebabkan penguasaan diri melemah.
4) Adanya rangsangan kolektif berupa proses perputaran (milling) yang menimbulkan kegairahan semakin hebat di setiap individu dalam crowd. Kondisi ini berakibat pada tindakan irrasional dan sering berupa tindakan kekerasan.
5) Perilaku dalam crowd bermacam-macam, yang pasif hingga yang agresif, yang tenang hingga yang penuh kekerasan. Perilaku seseorang dalam crowd selalu diliputi kegairahan atau ketegangan.

 
3. Mob
Para ahli mengemukakan sejumlah definisi tentang mob.
a. Drs. J.B.A.F. Mayor Polak
Menurut Polak, mob adalah kerumunan atau crowd yang aktif. Tindakan mob yang mengarah ke kekacauan disebut kerusuhan atau huru hara (riots). Seperti crowd, mob terjadi secara spontan, tanpa ada yang mengaturnya. Perilaku kolektif mob tidak mempunyai dasar yang lazim atau menurut kebiasaan tertentu dan hanya merupakan reaksi emosional yang menurutkan kata hati (impulsive). Reaksi semacam ini kurang mengindahkan ukuran dan nilai kebudayaan. Karena tanpa organisasi, pembagian kerja, dan aturan dengan sendirinya keaktifan mob bersifat destruktif atau bertujuan merusak. Untuk melepaskan rasa tidak puas, kemarahan, dan kejengkelan, kadang-kadang mob membakar dan merusak rumah orang lain. Kegelisahan sosial merupakan dasar yang subur bagi tumbuhnya mob. Dengan demikian, mob dapat bersifat revolusioner dan dapat bersifat reaksioner.

 
b. Drs. R. Rukomy
Menurut Rukomy, crowd dan mob mempunyai banyak persamaan :
1) Keduanya merupakan sekumpulan orang banyak;
2) Keduanya terjadi karena peristiwa tertentu;
3) Pada keduanya tidak ada diskusi;
4) Keduanya dimotivasi oleh emosi dan impuls atau perangsang;
5) Pada keduanya perserta terpadu sebagai kesatuan yang dikuasai oleh emosi kolektif.
Adapun yang membedakan antara keduanya adalah crowd sudah dalam kondisi agresif, sedangkan mob senantiasa berhubungan dengan tindakan kekerasan, pengrusakan, atau kerusuhan.

 
4. Audience
a. Banyak sarjana yang menyamakan audience dan publik.
b. La Pierre dan Earnsworth membedakan dan membandingkan audience dan publik. Publik menunjukkan sejumlah orang yang berada dalam kontak atau interaksi jarak jauh secara tidak langsung yang biasanya melalui media massa (sama dengan pendapat Soerjono Soekamto). Sementara audience mengacu ke situasi kontak langsung.
c. Ditinjau dari kepentingan komunikasi, penguasaan terhadap publik yang jumlahnya besar akan lebih sukar dibanding penguasaan terhadap audience.
d. Feedback dari audience dapat segera diketahui. Sebaliknya, feedback dari publik lebih sulit diketahui. Akan tetapi dengan kemajuan teknologi sekarang ini, feedback dari publik segera dapat diketahui. Sekarang setiap stasiun penyiaran mempunyai program interaktif. Program ini dapat digunakan mengetahui berbagai pendapat pedengar atau penonton.

 
RANGKUMAN

 
Menurut Redi Panuju (2002), opini publik dapat mengalami pergeseran dari satu opini ke opini lain karena empat faktor psikologi, faktor sosiologi politik, faktor budaya dan faktor media massa. Perubahan atau pergeseran opini publik tergantung pada satu atau lebih faktor tersebut.
Bernard Hennesy mengemukakan bahasa yang berlaku dalam komunikasi adalah kata-kata lisan atau tulisan. Bahasa menjadi penghubung antara jaringan komunikasi yang besar dan kecil dengan pemilik opini mengenai isu yang menyangkut kepentingan umum. Sementara jaringan sekunder, menurut Wright menunjukkan komunikasi massa yang memiliki kondisi operasional yang berbeda.
Dari berbagai pendapat, opini publik menyiratkan adanya masalah atau situasi yang bersifat kontroversial. Yakni, publik secara spontan terpikat pada masalah tertentu, melibatkan diri ke dalamnya, dan berusaha memberikan pendapatnya. Di situ timbul kesempatan bertukar pikiran atau berdebat mengenai masalah yang kontroversial. Di situ ada interaksi antarindividu dalam publik yang menghasilkan pernyataan opini yang bersifat kolektif.
Menurut Bernard Hennessy, ada lima faktor yang menandai munculnya opini publik :
1. adanya isu,
2. adanya nature of publics,
3. adanya pilihan yang sulit,
4. adanya pernyataan, dan
5. adanya jumlah orang yang terlibat.

 
Opini publik sering terkait dengan kepentingan umum. Lima unsur pokok definisi tersebut penting untuk memahami opini publik dan mengetahui bagaimana opini publik dibedakan dari moral, kebiasaan sosial, atau kepentingan pribadi yang tak ada sangkut paut dengan kelompok-kelompok yang lebih besar di masyarakat.
Kelompok masyarakat yang tidak teratur disebut massa, crowd, publik, mob, dan audience. Sejumlah ahli menyatakan massa adalah sejumlah/segerombolan orang banyak, tidak terorganisasi, heterogen, dan anonim. Ada ahli yang mengatakan bahwa massa terdiri dari yang abstrak dan yang konkret, yang tidak tersusun dan yang tersusun, yang tidak terlihat dan yang terlihat.
Crowd muncul secara spontan atau tidak direncanakan. Ada kemungkinan orang yang berkumpul atau berkerumun berubah menjadi crowd apabila mendapat perangsang yang demikian hebatnya mengenai peristiwa tertentu. Karakter yang penting lainnya, crowd membiarkan diri hanyut untuk sementara waktu sehingga melupakan kepribadian sendiri, mengabaikan tata susila dan tata tertib dan tanpa memikirkan tanggung jawab di kemudian hari, fanatik, mudah tersinggung, dan semata-mata mencari kepuasan atas tindakannya. Misalnya, jika ada penjambret atau pencuri tertangkap, orang-orang akan memukul bahkan melakukan pembunuhan dengan pengeroyokan. Ini dapat disebut mob, yang lebih sukar berbuat kerusuhan dan huru hara.
Opini menurut Cutlip & Center adalah ekspresi tentang sikap mengenai masalah yang bersifat kontroversial. Pembicaraan tentang masalah yang kontroversial menimbulkan opini yang berbeda-beda. Sikap atau attitude adalah kecenderungan untuk merespon masalah atau situasi tertentu. Opini dan sikap membentuk interaksi yang berkesinambungan. Sikap masih dalam diri seseorang, sedangkan opini adalah pernyataan yang keluar dari diri seseorang.
Propaganda adalah salah satu metode komunikasi. Ada berbagai definisi tentang propaganda. Salah satu definisinya, propaganda adalah jenis komunikasi yang berusaha memengaruhi pandangan dan reaksi orang tanpa mengindahkan benar atau tidaknya pesan yang disampaikan. Pendapat lain mengatakan propaganda adalah seni untuk menyebarkan dan meyakinkan kepercayaan tertentu, khususnya kepercayaan agama atau politik. Dalam perkembangannya, opini publik melalui propaganda digunakan oleh pihak-pihak tertentu yang kadang-kadang tidak bertanggung jawab.

 
PERTANYAAN LATIHAN
1. Mengapa opini publik digunakan untuk pengumpulan pendapat masyarakat ?
2. Cutlip dan Center mengemukakan opini adalah ekspresi tentang sikap mengenai masalah yang kontroversial. Jelaskan !
3. William Albiq (Santoso, 1999) lebih suka opini publik yang dihasilkan oleh diskusi, mengapa ?
4. Dalam bukunya Bernard Hennessy (1990) mengatakan opini adalah ekspresi berbagai pendapat yang menumpuk di sekitar isu tertentu. Jelaskan !
5. Apa saja yang disebut kelompok yang teratur dan kelompok yang tidak teratur ? Sebutkan !
6. Massa adalah salah satu istilah ilmu masyarakat. Prof. Dr. C.A. Mennicke menyebut ada massa abstrak dan massa konkret. Apakah kaum buruh yang berdemo sepanjang jalan Thamrin-Sudirman di Jakarta termasuk massa abstrak atau konkret. Jelaskan !
7. Menurut William Mc Dougall, massa tersusun oleh unsur yang sama dengan massa konkret oleh Prof. Dr. C.A. Mennicke. Jelaskan !
8. Menurut Drs. R. Rukomy ada persamaan antara crowd dan Mob. Sebutkan persamaan dan perbedaannya ?
9. Bagaimana fungsi feedback dari publik dan audience ? Jelaskan !
10. Mengapa “opini” muncul bila ada masalah yang kontroversial ? Apakah perbedaan antara opini dan sikap ?
11. Anda jelaskan, mengapa para ilmuwan, sosiolog, politikus, wartawan, pendidik, dan mahasiswa selalu memiliki perbedaan opini ?
12. Sebutkan hubungan antara propaganda dan komunikasi dan juga propaganda dan opini publik !

 
CONTOH KASUS
1. Setiap individu memandang suatu isu dengan cara yang berbeda. Perbedaan ini mungkin karena adanya perbedaan pengetahuan dan perbedaan psikologis dalam menanggapi sesuatu. Perbedaan yang berdasar dari faktor psikologis ini menyebabkan pemaknaan terhadap kenyataan yang sama bisa menghasilkan penyandian yang berbeda. Bagaimana anda memandang perbedaan opini publik karena faktor psikologi sosial ini ?
2. Berbagai kerusuhan terjadi dalam tahun 2006 terkait berbagai pernyataan tidak puas atas hasil Pilkada. Ternyata banyak kelompok yang kalah tidak mau menerima kekalahan. Apa opini publik pihak yang puas dan pihak yang tidak puas ?
3. Massa lahir di mana-mana dengan berbagai bentuk dan tindakan yang mereka lakukan. Demonstrasi oleh massa tidak dapat dielakkan. Kalau hanya sekedar demo dengan tertib tidak masalah. Tetapi sejumlah massa berbuat keji merusak, bahkan membakar. Mengapa ada demo yang tertib dan ada yang anarki ?
4. Publik dan audience memilliki persamaan, yaitu sekelompok orang. Perbedaannya pada situasi, publik memiliki kontak yang jauh sedangkan audience kontak yang dekat atau bisa bertatap muka. Feedback dari audience dapat segera diketahui. Bagaimana dengan kemajuan teknologi sekarang, apakah feedback dari publik dapat segera diketahui seketika ? Bagaimana menurut Anda dampak kemajuan yang dicapai dunia broadcasting dan dunia cetak terhadap publik dan audience ?

 
DAFTAR BACAAN
Panuju, Redi (2002), Relasi kuasa Negara media massa dan public (Pertarungan Memenangkan Opini Publik dan Peran dalam Transformasi Sosial), Yogyakarta, Pustaka Pelajar. (hlm. 1-19)
Sastropoetro, Santoso (1990). Pendapat Publik, Pendapat Umum dan Pendapat Khalayak dalam Komunikasi Sosial. Bandung, Remaja Rosdakarya. (hlm. 41-42, 49-53)
Susanto, Astri. (1975). Pendapat Umum. Bandung, Karya Nusantara. (hlm. 80-90)
Hennessy, Bernard. (1990). Edisi keempat. Pendapat Umum. (terjemahan) Jakarta. Erlangga. (hlm. 4-8; hlm.101-102)
Sunarjo, Djoenaesih S (1984) Opini Publik. Yogyakarta, Liberty (hlm. 3-21)
Nurudin, (2001) Komunikasi Propaganda, Bandung. Remaja Rosdakarya. (hlm. 3-10; hlm. 63-64)

 
Sumber ilustrasi :
http://infogsbi.blogspot.com
http://blogs.usyd.edu.au
http://rdar.wordpress.com

 

12/06/12

Etika


Aristoteles seringkali menyebut etika sebagai teleologis atau terarah pada tujuan. Segala sesuatu mempunyai maksud atau tujuan. Sebilah pisau, misalnya, mempunyai tujuan untuk memotong. Sebilah pisau yang baik itu baik untuk memotong berbagai benda, dan oleh karena itu pisau harus tajam. Demikian pula, orang mempunyai tujuan. Orang harus melakukan segala sesuatu untuk menolong mereka mencapai maksud atau tujuan tersebut: hal-hal yang ada untuk kebaikan mereka.

Ada banyak tindakan, kecakapan, dan ilmu pengetahuan. Tujuan-tujuannya pun banyak; kesehatan adalah tujuan dari obat-obatan, perahu adalah tujuan dari pembangunan perahu, kemenangan seorang jenderal, dan kekayaan manajemen keluarga.

Tetapi sebagian dari upaya-upaya ini lebih rendah daripada suatu kemampuan lainnya; misalnya, pembuatan tali kekang dan setiap ilmu lainnya dalam memproduksi peralatan untuk kuda lebih rendah daripada ilmu berkuda. Selanjutnya ilmu berkuda ini dan setiap tindakan lainnya dalam peperangan, pada gilirannya, berada di bawah kecakapan menjadi seorang jenderal, dan demikianlah suatu upaya tertentu lebih rendah daripada upaya-upaya yang lainnya.

Etika yang berpusat pada watak
Orang-orang yang melakukan segala sesuatu dengan baik dan konsisten adalah orang yang baik. Setiap tindakan tidak dianggap sebagai suatu tindakan yang terisolir (seperti yang sering dilakukan dalam sistem etika lainnya), tetapi dalam hubungan dengan gagasan yang bajik. Sikap terhadap etika ini disebut etika kebajikan atau etika yang berpusat pada watak: tindakan-tindakan setiap orang harus membuat orang itu lebih baik dan membangun watak yang lebih baik pula. Yang lain akan melihat kita sebagai orang yang pemberani (demikian asumsi Aristoteles) bila kita umumnya melakukan tindakan-tindakan yang berani apabila kesempatan itu muncul Etika Nikomakea dianggap sebagai salahs atu contoh dari etika kebajikan seperti itu.

Pengertian Etika
Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control“, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok itu sendiri. Etika disebut juga filsafat moral merupakan cabang filsafat yang berbicara tentang tindakan manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma, diantaranya norma hukum, norma moral, norma agama dan norma sopan santun. Norma hukum berasal dari hukum dan perundang-undangan, norma agama berasal dari agama, norma moral berasal dari suara hati dan norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari.

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.

Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).

Biasanya bila kita mengalami kesulitan untuk memahami arti sebuah kata maka kita akan mencari arti kata tersebut dalam kamus. Tetapi ternyata tidak semua kamus mencantumkan arti dari sebuah kata secara lengkap. Hal tersebut dapat kita lihat dari perbandingan yang dilakukan oleh K. Bertens terhadap arti kata ‘etika’ yang terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama dengan Kamus Bahasa Indonesia yang baru.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953 – mengutip dari Bertens,2000), etika mempunyai arti sebagai : “ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)”. Sedangkan kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti :

  1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak);
  2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
  3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Dari perbadingan kedua kamus tersebut terlihat bahwa dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama hanya terdapat satu arti saja yaitu etika sebagai ilmu. Sedangkan Kamus Bahasa Indonesia yang baru memuat beberapa arti. Kalau kita misalnya sedang membaca sebuah kalimat di berita surat kabar “Dalam dunia bisnis etika merosot terus” maka kata ‘etika’ di sini bila dikaitkan dengan arti yang terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama tersebut tidak cocok karena maksud dari kata ‘etika’ dalam kalimat tersebut bukan etika sebagai ilmu melainkan ‘nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat’. Jadi arti kata ‘etika’ dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama tidak lengkap.

K. Bertens berpendapat bahwa arti kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut dapat lebih dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik dibalik, karena arti kata ke-3 lebih mendasar daripada arti kata ke-1. Sehingga arti dan susunannya menjadi seperti berikut :

  1. Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya, jika orang berbicara tentang etika orang Jawa, etika agama Budha, etika Protestan dan sebagainya, maka yang dimaksudkan etika di sini bukan etika sebagai ilmu melainkan etika sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini bisaberfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial. 
  2. Kumpulan asas atau nilai moral.
  3. Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh : Kode Etik Jurnalistik
  4. Ilmu tentang yang baik atau buruk. 

Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat dan sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika di sini sama artinya dengan filsafat moral.

Etika dan Etiket
Etika (ethics) berarti moral sedangkan etiket (etiquette) berarti sopan santun.
K. Bertens dalam bukunya yang berjudul “Etika” (2000) memberikan 4 (empat) macam perbedaan etiket dengan etika, yaitu :

  1. Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Misal : Ketika saya menyerahkan sesuatu kepada orang lain, saya harus menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan. Jika saya menyerahkannya dengan tangan kiri, maka saya dianggap melanggar etiket.  Etika menyangkut cara dilakukannya suatu perbuatan sekaligus memberi norma dari perbuatan itu sendiri. Misal : Dilarang mengambil barang milik orang lain tanpa izin karena mengambil barang milik orang lain tanpa izin sama artinya dengan mencuri. “Jangan mencuri” merupakan suatu norma etika. Di sini tidak dipersoalkan apakah pencuri tersebut mencuri dengan tangan kanan atau tangan kiri.
  2. Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak seorang diri (ada orang lain di sekitar kita). Bila tidak ada orang lain di sekitar kita atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku. Misal : Saya sedang makan bersama bersama teman sambil meletakkan kaki saya di atas meja makan, maka saya dianggap melanggat etiket. Tetapi kalau saya sedang makan sendirian (tidak ada orang lain), maka saya tidak melanggar etiket jika saya makan dengan cara demikian.  Etika selalu berlaku, baik kita sedang sendiri atau bersama orang lain. Misal: Larangan mencuri selalu berlaku, baik sedang sendiri atau ada orang lain. Atau barang yang dipinjam selalu harus dikembalikan meskipun si empunya barang sudah lupa.
  3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan, bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Misal : makan dengan tangan atau bersendawa waktu makan.Etika bersifat absolut. “Jangan mencuri”, “Jangan membunuh” merupakan prinsip-prinsip etika yang tidak bisa ditawar-tawar.
  4. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah saja. Orang yang berpegang pada etiket bisa juga bersifat munafik. Misal : Bisa saja orang tampil sebagai “manusia berbulu ayam”, dari luar sangan sopan dan halus, tapi di dalam penuh kebusukan.Etika memandang manusia dari segi dalam. Orang yang etis tidak mungkin bersifat munafik, sebab orang yang bersikap etis pasti orang yang sungguh-sungguh baik.


Etika dan Moral
Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat pada sekelompok manusia. Ajaran moral mengajarkan bagaimana orang harus hidup. Ajaran moral merupakan rumusan sistematik terhadap anggapan tentang apa yang bernilai serta kewajiban manusia.
Etika merupakan ilmu tentang norma, nilai dan ajaran moral. Etika merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai 5 ciri khas yaitu bersifat rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif (tidak sekadar melaporkan pandangan moral melainkan menyelidiki bagaimana pandangan moral yang sebenarnya).
Pluralisme moral diperlukan karena:

  • Pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya perbedaan suku, daerah budaya dan agama yang hidup berdampingan
  • Modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur dan nilai kebutuhan masyarakat yang akibatnya menantang pandangan moral tradisional
  • Berbagai ideologi menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan, masing-masing dengan ajarannya sendiri tentang bagaimana manusia harus hidup.


Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat.

Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin.

Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik.


Moralitas
‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.

Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia. Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia. Norma moral adalah tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia. Ada perbedaan antara kebaikan moral dan kebaikan pada umumnya. Kebaikan moral merupakan kebaikan manusia sebagai manusia sedangkan kebaikan pada umumnya merupakan kebaikan manusia dilihat dari satu segi saja, misalnya sebagai suami atau isteri.

Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adalah sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau sopan santun. Moralitas dapat berasal dari sumber tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa sumber.


Etika dan Moralitas
Etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang mereflesikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai lima ciri khas yaitu rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif.

  • Rasional berarti mendasarkan diri pada rasio atau nalar, pada argumentasi yang bersedia untuk dipersoalkan tanpa perkecualian. 
  • Kritis berarti filsafat ingin mengerti sebuah masalah sampai ke akar-akarnya, tidak puas dengan pengertian dangkal. 
  • Sistematis artinya membahas langkah demi langkah. 
  • Normatif menyelidiki bagaimana pandangan moral yang seharusnya.




Etika dan Agama
Etika tidak dapat menggantikan agama. Agama merupakan hal yang tepat untuk memberikan orientasi moral. Pemeluk agama menemukan orientasi dasar kehidupan dalam agamanya. Akan tetapi agama itu memerlukan ketrampilan etika agar dapat memberikan orientasi, bukan sekadar indoktrinasi. Hal ini disebabkan empat alasan sebagai berikut:

  1. Orang agama mengharapkan agar ajaran agamanya rasional. Ia tidak puas mendengar bahwa Tuhan memerintahkan sesuatu, tetapi ia juga ingin mengerti mengapa Tuhan memerintahkannya. Etika dapat membantu menggali rasionalitas agama.
  2. Seringkali ajaran moral yang termuat dalam wahyu mengizinkan interpretasi yang saling berbeda dan bahkan bertentangan.
  3. Karena perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat maka agama menghadapi masalah moral yang secara langsung tidak disinggung-singgung dalam wahyu. Misalnya bayi tabung, reproduksi manusia dengan gen yang sama. 
  4. Adanya perbedaan antara etika dan ajaran moral. Etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional semata-mata sedangkan agama pada wahyunya sendiri. Oleh karena itu ajaran agama hanya terbuka pada mereka yang mengakuinya sedangkan etika terbuka bagi setiap orang dari semua agama dan pandangan dunia.


Istilah berkaitan
Kata etika sering dirancukan dengan istilah etiket, etis, ethos, iktikad dan kode etik atau kode etika.

  • Etika adalah ilmu yang mempelajari apa yang baik dan buruk. 
  • Etiket adalah ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul atau berkelompok dengan manusia lain. Etiket tidak berlaku bila seorang manusia hidup sendiri misalnya hidup di sebuah pulau terpencil atau di tengah hutan.
  • Etis artinya sesuai dengan ajaran moral, misalnya tidak etis menanyakan usia pada seorang wanita. 
  • Ethos artinya sikap dasar seseorang dalam bidang tertentu. Maka ada ungkapan ethos kerja artinya sikap dasar seseorang dalam pekerjaannya, misalnya ethos kerja yang tinggi artinya dia menaruh sikap dasar yang tinggi terhadap pekerjaannya. 
  • Kode atika atau kode etik artinya daftar kewajiban dalam menjalankan tugas sebuah profesi yang disusun oleh anggota profesi dan mengikat anggota dalam menjalankan tugasnya.


Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain.Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.

Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.

Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).


Jenis Etika
Etika Filosofis
Etika filosofis secara harfiah (fay overlay) dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.

Etika termasuk dalam filsafat, karena itu berbicara etika tidak dapat dilepaskan dari filsafat. Karena itu, bila ingin mengetahui unsur-unsur etika maka kita harus bertanya juga mengenai unsur-unsur filsafat. Berikut akan dijelaskan dua sifat etika:

  1. Non-empiris. Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu empiris adalah ilmu yang didasarkan pada fakta atau yang kongkret. Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat berusaha melampaui yang kongkret dengan seolah-olah menanyakan apa di balik gejala-gejala kongkret. Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti pada apa yang kongkret yang secara faktual dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
  2. Praktis. Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”. Misalnya filsafat hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu, melainkan bertanya tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian etika sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia. Tetapi ingat bahwa etika bukan praktis dalam arti menyajikan resep-resep siap pakai. Etika tidak bersifat teknis melainkan reflektif. Maksudnya etika hanya menganalisis tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dsb, sambil melihat teori-teori etika masa lalu untuk menyelidiki kekuatan dan kelemahannya. Diharapakan kita mampu menyusun sendiri argumentasi yang tahan uji.


Mazhab Etika
1. Egoisme secara praktis terlihat dari :
1.1 Hedonisme (kesenangan) yang dikelompokkan dalam :
hedonisme etis - hedonisme psikologis
hedonisme egois - hedonisme altruistis
hedonisme universalistis - hedonisme estetis
hedonisme religius - hedonisme analitis
hedonistis sintetis empiris - hedonistis sintesis apriori

1.2 Eudaemonisme (bahagia baik rohani maupun fisik).
Aristosteles berpendapat bahwa tercapai dalam kegiatan yang merealisasikan bakat-bakat dan kesenangan manusia.

2. Deontologisme (diharuskan / diwajibkan), bentuknya ada 2:

2.1 Deontologisme Tindakan , yaitu baik dan buruknya tindakan dapat dirumuskan atau diputuskan dalam dan untuk situasi tertentu dan sama sekali tidak ada peraturan umum (etika situasi).
2.2  Deontologis Peraturan, kaidah moral yang berlaku adalah baik buruknya diukur pada satu atau beberapa peraturan yang berlaku umum, dan bersifat mutlak, tidak dilihat dari baik buruknya perbuatan itu.

3. Utilitarianisme. mazhab ini berpendapat bahwa baik buruknya tindakan seseorang diukur dari akibat yang ditimbulkannya.(mazhab teleologis). Ada 2 bentuk utilitarianisme, yaitu :
3.1 Utilitarianisme Tindakan, segala tindakan manusia akan mengakibatkan sedemikian rupa kelebihan akiat baik yang sebesar mungkin.
3.2  Ulititarianisme Peraturan, betindaklah sesuai perturan.

4. Theonom, mahzab ini mengatakan bahwa kehendah Allah adalah ukuran baik buruknya suatu tindakan. Ada 2 macam teori ini yaitu :

4.1 Teori Theonom murni , kaidah yg terkandung adalah suatu perbuatan dianggap benar / susila jika sesuai dengan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan Allah kepada manusia.
4.2 Teori umum kodrat / etika perwujudan diri
Etika Teologis
Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama, etika teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya masing-masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum, dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum.
Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika filosofis dan etika teologis. Di dalam etika Kristen, misalnya, etika teologis adalah etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi tentang Allah atau Yang Ilahi, serta memandang kesusilaan bersumber dari dalam kepercayaan terhadap Allah atau Yang Ilahi. Karena itu, etika teologis disebut juga oleh Jongeneel sebagai etika transenden dan etika teosentris. Etika teologis Kristen memiliki objek yang sama dengan etika secara umum, yaitu tingkah laku manusia. Akan tetapi, tujuan yang hendak dicapainya sedikit berbeda, yaitu mencari apa yang seharusnya dilakukan manusia, dalam hal baik atau buruk, sesuai dengan kehendak Allah.
Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya yang unik berdasarkan apa yang diyakini dan menjadi sistem nilai-nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, antara agama yang satu dengan yang lain dapat memiliki perbedaan di dalam merumuskan etika teologisnya.
Relasi Etika Filosofis dan Etika Teologis
Terdapat perdebatan mengenai posisi etika filosofis dan etika teologis di dalam ranah etika. Sepanjang sejarah pertemuan antara kedua etika ini, ada tiga jawaban menonjol yang dikemukakan mengenai pertanyaan di atas, yaitu:
Revisionisme
Tanggapan ini berasal dari Augustinus (354-430) yang menyatakan bahwa etika teologis bertugas untuk merevisi, yaitu mengoreksi dan memperbaiki etika filosofis.
Sintesis
Jawaban ini dikemukakan oleh Thomas Aquinas (1225-1274) yang menyintesiskan etika filosofis dan etika teologis sedemikian rupa, hingga kedua jenis etika ini, dengan mempertahankan identitas masing-masing, menjadi suatu entitas baru. Hasilnya adalah etika filosofis menjadi lapisan bawah yang bersifat umum, sedangkan etika teologis menjadi lapisan atas yang bersifat khusus.
Diaparalelisme
Jawaban ini diberikan oleh F.E.D. Schleiermacher (1768-1834) yang menganggap etika teologis dan etika filosofis sebagai gejala-gejala yang sejajar. Hal tersebut dapat diumpamakan seperti sepasang rel kereta api yang sejajar.
Mengenai pandangan-pandangan di atas, ada beberapa keberatan. Mengenai pandangan Augustinus, dapat dilihat dengan jelas bahwa etika filosofis tidak dihormati setingkat dengan etika teologis. Terhadap pandangan Thomas Aquinas, kritik yang dilancarkan juga sama yaitu belum dihormatinya etika filosofis yang setara dengan etika teologis, walaupun kedudukan etika filosofis telah diperkuat.Terakhir, terhadap pandangan Schleiermacher, diberikan kritik bahwa meskipun keduanya telah dianggap setingkat namun belum ada pertemuan di antara mereka
Ada pendapat lain yang menyatakan perlunya suatu hubungan yang dialogis antara keduanya. Dengan hubungan dialogis ini maka relasi keduanya dapat terjalin dan bukan hanya saling menatap dari dua horizon yang paralel saja. Selanjutnya diharapkan dari hubungan yang dialogis ini dapat dicapai suatu tujuan bersama yang mulia, yaitu membantu manusia dalam bagaimana ia seharusnya hidup.
Reference
[K. Bertens. 2000. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
Eka Darmaputera. 1987. Etika Sederhana Untuk Semua: Perkenalan Pertama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 94.]
Paul L. Lehmann. 1963. Ethics in a Christian Context. New York: Harper & Row Publishers, 25.]
J.A.B. Jongeneel. 1980. Hukum Kemerdekaan Jilid 1. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 15-16.]
J. Verkuyl. 1982. Etika Kristen Bagian Umum, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 17.]
Ethics in a Christian Context, 254
Hukum Kemerdekaan Jilid 1, 38.
Nicomachean Ethics, terj. Terence Irwin (Indianapolis: Hackett Publishing Company, 1985)
Nicomachean Ethics: Aristotle with an introduction by Hye-Kyung Kim, terj. F.H. Peters di Oxford, 1893. (Barnes & Noble, 2004)

11/06/12

Manajemen dan Komunikasi dalam Organisasi


Konsepsi Manajemen
Manajemen adalah kebiasaan yang dilakukan secara sadar dan terus menerus dalam membentuk organisasi. Setiap organisasi mempunyai orang yang bertanggung jawab terhadap organisasi untuk mencapai sasaranya. Sejauh mana keberhasilan organisasi mencapai tujuanya dan memenuhi tanggungjawab sosialnya, banyak tergantung pada para manajernya. Bila para manajer melakukan tugasnya dengan baik maka suatu organisasi semakin besar kemungkinan untuk mencapai tujuan.

Lebih spesifik lagi, manajemen didefinisikan dalam 4 fungsi yaitu: (1) perencanaan, (2) mengorganisasikan, (3) memimpin, dan (3) mengendalikan. Jadi dapat pula dikatakan bahwa manajemen merupakan proses membuat perencanaan hingga mengendalikan berbagai usaha dari anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran.

Fungsi Manajemen
Merencanakan
Memikirkan dengan matang segala sasaran dan tindakan berdasarkan pada beberapa rencana atau logika, bukan pada perasaan.
Rencana merupakan pedoman sebuah organisasi memperoleh dan menggunakan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan, supaya anggota organisasi melaksanakan aktivitas yang konsisten dengan tujuan dan prosedur yang sudah ditetapkan serta untuk memonitor dan mengukur kemajuan untuk mencapai tujuan, sehingga tindakan korektif dapat diambil bila kemajuan tidak memuaskan.
Mengorganisasikan
Adalah proses mengatur dan mengalokasikan pekerjan, wewenang dan sumber daya diantara organisasi sehingga mereka dapat mencapai sasaran organsasi.
Memimpin
Meliputi mengarahkan, mempengaruhi dan memotivasi karyawan untuk melaksanakan tugas. Kegiatan memimpin ini menyentuh hubungan mamajer dengan semua orang.
Mengendalikan
Fungsi  pengendalian manajemen meliputi menetapkan prestasi kerja, mengukur prestasi saat ini, membandingkan prestasi dengan standar yang telah ditetapkan dan mengambil tindakan korekif bila ada penyimpangan yang dididteksi.

Peran Manajerial
Stoner dalam bukunya manajemen menjelaskan pengertian-pengertian diatas. Disamping itu ada hal penting yang harus diketahui adalah mengerti peran dari manajer.
Mintzberg mengemukakan teori tentang peran manajerial adalah sebagai berikut:
Peran antar pribadi
Tokoh, menjalankan tugas seremonial sebagai kepala unit, disini adalah simbol/personifikasi baik untuk anggota organisasi maupum untuk orang luar organisasi.
Pemimpin, manajer bekerja dengan dan melalui orang lain, mereka bertanggungjawab atas kegiatan bawahan baik keberhasilan maupun kegagalan.
Penghubung, manajer harus dapat bekerja dengan setiap orang baik di luar maupun di dalam organisasi. manajer menjalin hubungan dengan pihak lain untuk mendapatkan dukungan bagi usulan atau keputusan mereka dan bisa daling bekerjasama mewujudkan berbagai macam kegiatan.
Peran informasi
Menerima dan meneruskan  informasi merupakan aspek terpenting dari pekerjaan seorang manajer, menurut Mintzberg ada 3 peran informasional:
Pemantau, para manajer hendaknya tidak berhenti dalam mencari informasi yang bermanfaat baik dari dalam maupun dari luar organisasi..
Penyebar, manajer menyalurkan informasi penting kepada bawahan. Menjada tanggungjawab manajer bahwa anak buah/bawahan mendapat informasi yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas mereka.
Juru bicara, manajer juga bertugas menyalurkan informasi diluar unit kerja mereka. Manajer juga bertugas agar atasan mereka selalu menjadi orang yang memiliki informasi paling baik dan akurat.
Peran pengambilan keputusan
Wiraswastawan, manajer harus selalu berupaya meningkatkan unit-unit merka dan selalu memprakarsai perubahan berdasarkan kreatifitas mereka.
Pereda gangguan, para manajer diharapkan mampu menyelesaikan masalah masalah yang sulit sekalipun dan mampu membuat keputusan-keputusan yang mungkin tidak diharapkan. Untuk melakukan hal ini manajer harus mampu berpikir analitis dan konseptual. Berpikir analitis berarti mencakup/merinci masalah ke dalam komponen-komponennya, menganalisis komponen-komponen ini dan selanjutnya menewarkan pemecahan/solusi yang masuk akal. Berpikir konseptual artinya mampu melihat tugas keseluruhan secara abstrak dan mengaitkanya dengan tugas-tugas lain.
Mengalokasikan sumber daya, sumberdaya selalu terbatas jumlahnya dan tugas manajer disini adalah mengatur/mengelola hingga terjadi keseimbangan antara berbagai tujuan dan kebutuhan.
Perunding, manajer bertugas sebagai perunding dalam organisasi pada saat misalnya terjadi perselisihan. Beberapa dari perundingan itu melibatkan organisasi luar.

ORGANISASI
Berbicara tentang manajemen maka kita tidak lepas dari pembicaraan organisasi. kapan kita berorganisasi? Sering kita tidak merasa bahwa kita pernah terlibat dalam organisasi karena mungkin dalam benak kita organisasi adalah selalu formal dan kita harus sebagai pelaku dalam organisasi itu. Tanpa disadari hampir seluruh hidup kita bersinggungan dengan organisasi. contoh perkumpulan olah raga, perkumpulan mahasiswa, dunia kerja, organisasi keagamaan bahkan pada saat kita dirawat di rumah sakit ’misalnya, semua itu bentuk singgungan kita dengan organisasi sekalipun dalam organisasi tersebut kita berperan sangat kecil/menjadi bagian dari sebuah organisasi. muncul pertanyaan, apa itu organisasi.

Organisasi adalah suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia, yang saling berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehinga setiap anggota organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing, yang sebagai suatu kesatuan mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai batas-batas yang jelas, sehingga bisa dipisahkan secara tegas dari lingkunganya.

Pada dasarnya sebuah organisasi terdiri dari 2 sumber daya penting yaitu technologi dan manusia.
Sumber daya tehnologi meliputi bahan mentah, peralatan dan perlengkapan, dan modal.
Sumber daya manusia meliputi berbagai hal yang berhubungan atau menjadi bawaan dari manusia yaitu pekerjaan/kerja, ide serta keterampilan. Singkatnya dapat disimpulkan bahwa organisasi dapat eksis karena berkumpulnya dari sumber-sumber tersebut dan berkumpulnya individu yang mencurahkan potensi bersama-sama (sinergi keseluruhan dari sumber yang ada).

Jika kita bicara tentang organisasi maka kita dihadapkan pada kenyataan bahwa tiap tiap individu memiliki keterbatasan dn keterbatasan itu dapat diatasi jika individu itu mau saling bekerjasama. Ada beberapa prinsip dasar yang berhubungan dengan hal tersebut yang terdapat pada organisasi yaitu pada organisasi ditentukan oleh ukuran, aksi yang saling bergantung diantara anggota organisasi, waktu dan tempat, komunikasi, dan output.

Ukuran, unit yang paling dasar dalam sebuah organisasi adalah group yang terdiri dari 2 orang(diadik).
Ketergantungan, konsep ini sangat penting dalam organisasi. ketergantungan dipandang sebagai hubungan yang saling menguntungkan dan secara timbal balik saling mempengaruhi. Perilaku seseorang akan mempengaruhi perilaku yang lainya.
Dibatasi oleh waktu dan tempat, organisasi secara rutin melakukan interaksi dan berhubungan dengan lingkunganya dimana lingkungan tersebut menaruh harapan pada organisasi tersebut dan kadang-kadang kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan menjadi konflik yang harus difahami dan dikelola. Bentuk ketergantungan ini baik dari dalam maupun dari luar organisasi terjadi berulan ulang bahkan hampir membentuk sebuah pattern seperti masuknya sumber daya, pemerosesan sumber daya tersebut, dan muncul hasil. Jika salah satu dari rantai ketergantunga putus maka dapat berpengaruh terhadap orang lain.
Input, pada organisasi seperti pabrik (yang berhubungan operasi/produksi), input terdiri dari bahan baku, energy dan revenu sementara dalam organisasi sosial input terdiri dari sumber daya manusia seperti bakat, ide, keterampilan.
Aktivitas yang terkoordinasi, aktivitas yang dilakukan sehari-hari meliputi berfikir, berbicara, membaca, menulis, mendengarkan, mengoprasikan mesin, dll.  Aktivitas tersebut terkoordinir karena tugas yang dilakukan terbagi-bagi atas tugas individu yang kadang-kadang dibakukan dalam sebuah departemen. Melalui koordinasi tugas ini dapat terlaksana. Individu atau anggota organisasi dapat bekerja bersama karena mereka dapat berkomonikasi. Hal ini secara khusus akan dibahas dalam bagian yang lain/selanjutnya.
Output, hasil/outcome dari aktivitas yang terkoordinir tersebut biasanya dilemparkan kepada lingkungan, dengan demikian organisasi dapat membeli bahan baku lagi dan melanjutkan produksinya (Myers et al,1982;4-6)

Dari hasil pembahasan di atas muncul dua pengertian yang berbeda satu dengan yang lain yaitu pengertian tentang organisasi dan pengorganisasian. Organisasi menggambarkan sebuah keadaan yang statis dari bentuk koordinasi sedangkan pengorganisasian menunjuk pada sebuah rangkaina proses dimana aktivitas yang terkoordinir dan tindakan dilakukan dengan baik.
KOMUNIKASI dalam ORGANISASI
Komunikasi di dalam organisasi
Pada jaman/era informasi ini manusia disuguhi banyak hal dan kemudahan kemudahan dari informasi atau komunikasi-komunikasi instan. Semua bidang membutuhkan informasi dan informasi menjadi asset yang vital seperti contohnya Marketing executives membutuhkan informasi akurat tentang produk baru, persaingan, dan pesaing, profile demografi, dll.

Perencana perusahaan membutuhkan informasi tentang perkembangan IPTEK, ekonomi, politik, trend sosial, dll. Pendek kata informasi menjadi benar-benar sangat penting. Jalan untuk mendapatkan info tersebut didapat melalui televisi, iklan, internet, dll. Hal ini memunculkan tren komunikasi instant. Memang komunikasi seperti ini secara substansial terpenuhi tapi kadang-kadang komunikasi seperti ini sering kehilangan makna.

 Goldhaber mengembangkan dan menganalogikan kondisi ini dengan maraknya ”food” makanan yang secara substansi mengenyangkan tetapi hampir tidak bergizi. Begitu juga ahirnya manusia kehilangan kualitas komunikasi yang menyentuh hingga dialog terdalam di dalam diri manusia.

Penelitian membuktikan hal ini, bahwa komunikasi adalah fungsi yang sangat penting dal;am sebuah prganisasi bahkan dalam sebuah penelitian juga terbukti bahwa korelasi antara komunikasi dan efektifitas organisasi sangatlah tinggi. Responden yang diteliti setuju bahwa komunikasi dapat diibaratkan sebagaib perekat organisasi, minyak pelumas yang melicinkan fungsi organisasi, benang pengikat sestem, kekuatan yang meliputi organisasi, alat pengikat yang mendasari hubungan dalam perusahaan (Goldhaber, 1990;5)

Informasi dan komunikasi
Informasi
Dua kata kunci yang paling penting dalam pengertian informasi adalah patterning (menentukan pola) dan ketidak pastian. Secara singkat kata kunci tersebut diterangkan melalui contoh di bawah ini:

Pada saat anda di awal kuliah anda pasti masih bingung dengan suasana kuliah karena kuliah berbeda dengan saat anda berada di bangku SMA, pertama kali berhadapan dengan para dosen anda sama sekali belum memiliki bayangan seperti apa dosen itu? Bagaimana cara mengajarnya? Hal-hal yang disukai dan tidak disukai oleh dosen tersebut, dll. Pada saat pertama anda mengalaminya milai pikiran anda dengan dibantu oleh indera pembuat pola atas pertanyaan tersebut, itulah informasi yang anda dapatkan. Ketidakpastian berlaku untuk menjelaskan bahwa pola tersebut tidak sama bagi semua situasi dan kondisi tetapi minimal pola yang ada dapat meminimalisir segala bentuk kepastian. Seperti misalnya dikuliah berikutnya meskipun anda belum kenal dengan dosen pengajar atau mata kuliahnya tetapi karena anda sudah mamiliki pola sebelumnya, pola tersebut mengurangi ketidakpastian atas keingintahuan anda.

Komunikasi
Semua komunikasi mengandung informasi tetapi tidak semua informasi adalah komunikasi. Komunikasi menunjuk kepada suatu pembentukan pola yang diekspresikan melalui bentuk simbol.
Ada 2 syarat utama sebuah komunikasi baik itu diantara 2 orang / lebih :
1. Harus terjadi pertukaran sistem symbol
2. Terjadi asosiasi dalam pertukaran simbol tersubut (lihat lagi materi komunikasi terutama ttg prinsip-prinsip komunikasi).
Fungsi komunikasi dalam organisasi
Dalam pandangan tentang organisasi secara keseluruhan ada 3 fungsi utama komunikasi di dalam organisasi:
1. produksi dan regulasi
    Komunikasi berhubungan dengan pekerjaan terselesaikan dan membantu tercapainya tujuan organisasi. sebagai contoh dalam sebuah produksi komunikasi ada pada informasi penjualan, pesan quality control, anggaran, dll. Fungsi komunikasi yang meliputi pesan bagi seluruh anggota organisasi untuk:
Menentukan goals dan objectives
Menentukan area permasalahan
Mengevaluasi performa
Secara fungsional mengkoordinir tugas yang saling bergantung/berhubungan
Menentukan standart dan performa output
Memberi komando pada orang-orang tentang hal yang harus dikerjakan
Memberi instruksi bagaimana melakukan pekerjaan, mengembangkan prosedur dan memahami kebijakan
Memimpin dan mempengaruh

2.  Inovasi
     fungsi di dalam perusahaan, komunikasi antar anggota, atas bawahan maupun bawahan atasan adalah untuk mendapatkan informasi baru(sesuatu yang inovatif bagi perusahaan). Atau secara teknis inovasi juga merupakan bahasan khas di dalam
Organisasi adalah mengenai cara mengomunikasikan segala sesuatu yang baru yang terjadi di dalam organisasi.
3. sosialisasi dan perbaikan
    Fungsi ketiga dari komunikasi di dalam organisasi meliputi harga diri anggota.
Hubungan interpersonal dalam organisasi dan menimbulkan motiasi untuk menunjukan integritas diri bagi pencapaian tujuan perusahaan. Didalam organisasi ketiga fungsi tersebutdipandang atau dijalankan dalam konteks hubungan yang khusus yaitu hubungan antara:

ATASAN-BAWAHAN/DOWNWARD COMMUNICATION
Ada 5 fungsi dasar yaitu
1. Arahan tugas atau instruksi kerja
2. Bentuk atau disain informasi untuk membentuk pengertian atas tugas yang berhubungan dengan tugas tugas lain dalam perusahaan
3. informasi mengenai prosedur organisasi dan prektek-prekteknya
4. umpan balik kepada bawahan tentang kinerja mereka
5. tujuan untuk indoktrinasi bawahan tentang”ideologi”yang dianut perusahaan
HORIZONTAL COMMUNICATION
Komunikasi diantara orang-orang dalam satu level. Ada 3 fungsi clear dalam hal ini yaitu:
1. Mendukung emosi sosial antar karyawan selevel
2. Koordinasi antar jabatan
3. Pembagian kewenangan dan tanggungjawab
BAWAHAN-ATASAN/UPWARD COMMUNICATION
Biasanya komunikasi ini meliputi topik-topik/permasalahan mengenai:
1. Diri sendiri/pribadi, kinerja dan masalah
2. Tentang yang lain dan masalah-masalah dengan yang lain
3. Tentang kebijakan dan praktek dalam organisasi
4. Tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya

Konsep Komunikasi dan Organisasi


Konsep Komunikasi
Komunikasi yang efektif sangat penting bagi semua organisasi. Para pimpinan organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka.

Untuk memahami komunikasi dengan mudah perlu terlebih dahulu mengetahui konsep-konsep dasar komunikasi.

Beberapa definisi komunikasi dengan berbagai sudut pandang:
Hovland, Janis dan Kelley: Communication is the process by which an individual transmits stimuly (usually verbal) to modify the behavior of other individuals.

Louis Forsdale:  Communication is the process by which a system is established, maintained, and altered by means of shared signals that operate according to rules.

Brent D. Ruben:  Komunikasi manusia adalah suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat, menciptakan, mengirimkan dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungan dan orang lain.

William J. Seiler: Komunikasi  adalah proses dengan mana  simbol verbal dan non-verbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.

Arni Muhammad: Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku.

Hakekatnya komunikasi merupakan suatu proses, baik itu pengiriman stimulus, pemberian signal, pengiriman informasi dan simbol yang akan diinterpretasikan oleh di penerima pesan.


Model Komunikasi
Model komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya. Penyajian model komunikasi dimaksudkan untuk mempermudah memahami proses komunikasi dan melihat komponen dasar yang perlu ada dalam suatu komunikasi.

Model Lasswell
Salah satu model komunikasi yang tua tapi masih digunakan adalah  model komunikasi yang dikemukakan oleh Harold Lasswell. Dia menggunakan lima  pertanyaan yang perlu ditanyakan dan dijawab dalam melihat proses komunikasi : who, says what, in which medium, to whom dan what effect.
Gambaran dari model Lasswell tersebut dapat dilihat di bawah ini :

           




Model Shannon
Model komunikasi lain yang banyak digunakan adalah model komuniksai dari Claude Shannon atau lebih dikenal dengan model Shannon Wever. Model ini berbeda dengan model Lasswell mengenai istilah yang digunakan  bagi masing-masing komponen seperti dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Keterangan :

  • sumber informasi (information source)
  • transmitter
  • penyandian (encoding) pesan
  • penerima dan decoding
  • tujuan (destination)
  • sumber gangguan (noise)


Model Schramm
Wilbur Schramm memberikan model proses komunikasi yang agak berbeda dengan dua model sebelumnya. Dia memperlihatkan pentingnya  peranan pengalaman dalam proses komunikasi. Pengalaman akan menentukan apakah pesan yang dikirimkan diterima oleh si penerima sesuai dengan yang dimaksudkan oleh si pengirim pesan. Shcramm mengatakan jika tidak ada kesamaan dalam bidang pengalaman, bahasa yang sama, latar belakang yang sama, kebudayaan yang sama, maka sedikit kemungkinan pesan yang diterima diinterpretasikan dengan benar.

Satu arah







Model Berlo
Model komunikasi yang dikembangkan David Berlo memperlihatkan proses komunikasi satu arah dan hanya terdiri dari empat komponen yaitu sumber, pesan, saluran dan penerima atau receiver. Akan tetapi pada masing-masing komponen tersebut ada sejumlah faktor kontrol.


                                                                                                                                   
           
                                           
                                 
                       
                                                     
                                 

           
                                 
                                                                                             

           

                                   

Model Seiler
William J. Seiler memberikan model komunikasi dua arah dan bersifat lebih universal.






                                                             




Komponen Dasar Komunikasi
Dari bermacam-macam model komunikasi di atas dapat diketahui bahwa ada bermacam-macam komponen atau elemen dalam proses komunikasi. Kadang-kadang untuk  komponen yang sama digunakan istilah yang berbeda seperti halnya ada yang menggunakan istilah informasi dan pesan untuk menyatakan komponen pesan yang dikirimkan. Demikian pula istilah  sender dan source untuk menyatakan orang yang mengirimkan pesan.

Walaupun demikian dapat disimpulkan bahwa ada lima komponen dasar komunikasi yaitu:

  • Pengirim pesan
  • Pesan
  • Saluran
  • Penerima pesan 
  • Balikan atau tanggapan.


Courtland L. Bovee dan John V. Thil menyatakan dalam proses komunikasi dapat dibagi menjadi lima tahap:
1. Pengirim mempunyai suatu ide/gagasan
2. Ide diubah menjadi suatu pesan
3. Pemindahan pesan
4. Penerima  menerima pesan
5. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim.

Prinsip Dasar Komunikasi
Untuk dapat memahami hakikat suatu komunikasi perlu diketahui prinsip dari komunikasi tersebut. Menurut Seiler (1988), ada empat prinsip dasar komunikasi :
1. Komunikasi adalah suatu proses
2. Komunikasi adalah sistem
3. Komunikasi bersifat interaksi dan transaksi
4. Komunikasi dapat terjadi disengaja maupun tidak disengaja

Terdapat sembilan prinsip komunikasi :
1. Seluruh perilaku mengkomunikasikan sesuatu dengan sengaja atau tidak sengaja
2. Komunikasi nonverbal sangat berpengaruh terhadap persepsi
3. Konteks berpengaruh terhadap komunikasi
4. Arti terdapat pada orang-orang bukan pada kata-kata
5. Komunikasi tidak dapat diubah
6. Gangguan berpengaruh terhadap komunikasi
7. Komunikasi adalah sirkuler, bukan linier
8. Memiliki dasar pemufakatan dapat menjamin keberhasilan dalam komunikasi
9. Komunikasi selalu memiliki beberapa jenis efek.




KONSEP-KONSEP DASAR ORGANISASI


Pengertian Organisasi
Schein (1982) mengatakan organisasi  adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan  dan fungsi melalui hirarki otoritas dan tanggungjawab.

Menurut Kochler (1976) organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.

Sementara Wright (1977) mengemukakan organisasi adalah suatu bentuk sistem terbuka dari aktivitas yang dikoordinasi oleh dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Dari tiga definisi tentang organisasi di atas dapat disimpulkan bahwa :

  • Organisasi  merupakan suatu sistem
  • Mengkoordinasi  aktivitas
  • Mencapai tujuan bersama/tujuan umum



Elemen Organisasi
1. Struktur sosial
2. Partisipan
3. Tujuan
4. Teknologi
5. Lingkungan

Model (model elemen organisasi Scott, 1981) di bawah ini menggambarkan elemen dasar dari organisasi dan saling keterkaitan satu elemen dengan elemen lainnya.
Lingkungan ( Environment )










Fungsi Organisasi
Organisasi  mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah :

  • Memenuhi kebutuhan pokok organisasi
  • Mengembangkan tugas dan tanggung jawab
  • Memproduksi hasil produksi
  • Mempengaruhi dan dipengaruhi orang



DASAR PEMIKIRAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
Komunikasi dalam organisasi merupakan proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan.

Terdapat beberapa alasan mengapa komunikasi terjadi di dalam organisasi. Salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan informasi kepada klien, kolega, bawahan dan penyelia (supervisor). Sedangkan tujuan lainnya adalah diberi informasi. Perilaku dibedakan berdasarkan memberikan dan diberi informasi.

Lebih jauh, komunikasi bertujuan untuk mempengaruhi orang lain. Komunikasi berguna untuk merangsang minat, mengurangi permusuhan, menggerakkan masyarakat untuk melakukan suatu tugas atau mendidik perilaku.

KEPUSTAKAAN
Pace, R. Wayne & F. Faules, Don, Komunikasi Organisasi (Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan), Editor : Deddy Mulyana, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000.
Muhammad, Arni,  Komunikasi Organisasi.





Definisi Public Relations

Public relations (PR) yang diterjemahkan bebas menjadi hubungan masyarakat (Humas), terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara...